RABU kemarin tanggal 16/6/2021, Istana membaiat pasangan Rusdi Mastura dan Ma’mun Amir sebagai gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah periode 2021 -2024. Itu artinya Gubernur Cudy, begitu panggilan akrabnya diberi durasi waktu hanya empat tahun mengawal pembangunan di provinsi kita yang tercinta ini.
Dan lantaran itulah, Gubernur Cudy tak perlu lama-lama bereforia merayakan kemenangannya. Tak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri tapi langsung kerja karena tugas berat di hari pertama selaku gubernur adalah melandaikan atau bahkan men-zerokan corona virus (covid) 19. Beruntumg grafik perkembangan Covid-19 di daerah kita menggambarkan kondisi yang masih terkendali. Itu karena gubernur sebelumnya Longki Djanggola bukanlah pemimpin yang selalu menyisakan cuci piring. Dia selalu menuntaskan segala persoalan termasuk perkara covid ini.
Kita menggedor di hari pertama tugas Gubernur Rusdy dan wakilnya Ma’mun Amir ini agar dia memastikn rakyatnya tak boleh sakit-sakitan karena kalau masih dililit corona pembangunan dan ekonomi rakyat tak akan berjalan baik. Upaya memutus rantai penularan virus menjadi krusial untuk diagendakan para pemimpin daerah terpilih. Covid-19 harus jadi ‘musuh’ bersama. Apalagi, virus ini tak pandang strata, ideologi, apalagi afiliasi politik.
Karena itu Gubernur Cudy tak perlulah bersusah susah mencarikan formula baru dalam melawan virus corona, tinggal melanjutkan model dan jurus – jurus yang telah dirintas gubernur lama Longki Djanggola. Langkah gubernur lama Longki Djanggola menggerakkan birokrasi pemerintahan Sulteng seperti penyulap Balai Diklat Provinsi menjadi Rumah Sakit Darurat diapresiasi semua pihak baik tingkat lokal maupun tingkat nasional. Maka tak heran bila kemudian beleid ini Gubernur Longki meendapat penghargaan terbaik dalam penanganan covid-19.
Pekerjaan berat selanjutnya yang menanti adalah mencairkan persoalan pengungsi gempa, tsunami dan likuifaksi 2018 lalu. Harus diakui, ada banyak para penyintas gempa yang sudah tiga kali lebaran masih merintih rintah di kamp hunian sementara. Ini adalah bengkalai kemanusiaan yng amat perlu dituntaskan. Dan Gubernur Cudy yang kita kenal merakyat dan merambah tentu punya cara jitu menyelesaikan masalah ini.
Kita menanti kerangka opersional dari tagline pasangan Gubernur Rusdy Mastura dan Ma’mun Amir ini yakni Bekerja Tuntas dengan Kejujuran. Warga Sulawesi Tengah berharap betul kata – kata ajimat ini bukan tanpa alasan. Sebab, masih dibayang-bayangi kenyataan mengenai kebersihan, perilaku warga sampai aparat yang masih perlu ditegakkan disiplin mereka. Pengelolaan sumber daya alam yang secara kasat mata sudah diambang liar dan mengkawatirkan.
Mungkin perlu penataan ulang persoalan persoalan yang sudah kita kemukakan di atas. Meski begitu , penataan ulang hendaknya tetap memperhatikan profesionalitas dan kapabilitas. Bukan atas janji-janji politik apalagi keinginan pribadi.
Kekuasaan bukanlah segala galanya dalam politik bernegara. Melayani dan menyejahterakan masyarakat kebanyakan mestilah menjadi misi utama seorang pemimpin. Tidak boleh lagi ada rivalitas, apalagi sampai mendelegitimasi pemimpin sebelumnya. Semua harus bergandengan tangan memajukan daerah. Program yang sebelumnya telah berjalan baik, misalnya, tidak ada salahnya diteruskan. Ambil yang baik, buang yang buruk, begitu istilahnya. Rakyat sangat merindukan keteladanan dan sikap sportivitas dari mereka yang bertarung dalam pilkada. Alangkah eloknya jika yang kalah mengucapkan selamat kepada pemenang. Sebaliknya, pemenang merangkul yang kalah untuk bersama-sama membangun daerah.
Kita tak meragukan ingritas dan kenerja seorang Rusry Matura. Dia telah membuktikan hal itu ketika memimpin kota Palu selama dua periode. Dan apakah sukses story itu akan berlanjut di tingkat provinsi? Waktu akan mengujinya. Terakhir selamat bekerja Gubernur Cudy. (*)