PALU, Kabar Selebes – Buaya berukuran panjang 4,69 meter dan lebar 110 cm yang ditangkap warga Desa Ogoamas 1, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada Senin (24/05/2021) berhasil dievakuasi menuju ke penangkaran milik salah satu warga di Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi.
Tanpa ada perlawanan yang berarti, buaya betina yang panjangnya melebihi mobil open kap itu akhirnya berhasil dilepaskan tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng. Buaya ini pun menarik perhatian warga setempat sebab ukurannya yang terbilang cukup besar.
Kepala BKSDA Sulteng, Ir. H. Hasmuni Hasmar, M.Si menyatakan, buaya dibawa ke penangkaran milik warga sebab di Kantor BKSDA sudah tidak ada lagi kandang yang tersedia. Ia pun memberi apresiasi dan ucapan terima kasih ke warga yang telah berhasil menangkap buaya. Pihaknya, kata dia, selalu berkomitmen untuk selalu melindungi satwa liar di daerah setempat.
“Tindakan kita ini adalah penyelamatan nyawa, makna nyawa satwa liar itu kalau di BKSDA sama nilainya dengan nyawa manusia,” kata dia kepada KabarSelebes.id di kantor BKSDA Sulteng.
Sugeng, pemilik penangkaran mengatakan saat ini sudah ada 11 buaya ditempatkan pada dua tempat yang berbeda. Sebelumnya buaya pemangsa manusia yang juga ditangkap warga di Ogoamas turut ditempatkan di penangkaran miliknya .
“Rata-rata buaya di sini dari muara sungai Palu, ada yang juga ditangkap di PGM (Palu Grand Mall) kemarin,” ungkap Sugeng.
Buaya itu disebut warga Ogoamas dengan nama ‘La Peko’, sebab salah satu kaki kirinya sudah buntung. Buaya berhasil ditangkap oleh seorang warga saat pulang dari sawah pada Sabtu (22/05/2021) petang. Buaya dijerat menggunakan tali saat berada di sungai merah, kemudian diseret menggunakan traktor menuju ke penggilingan padi swadaya milik warga setempat.
Anhar salah satu warga Ogoamas menyatakan keberadaan buaya di tempatnya terbilang banyak. Buaya hampir selalu bisa dijumpai di sungai merah di Dusun 1 Desa Ogoamas yang tak jarang membikin warga setempat resah. Apalagi sejak dua tahun terakhir buaya kerap kali menerkam masyarakat, baik yang hendak melaut maupun memancing di sekitaran sungai merah.
“Kemarin ada nelayan yang hilang saat melaut, yang didapat cuma kapalnya, sampai sekarang warga itu tak ditemukan,” katanya. (ap)
Laporan: Adi Pranata