“HILALMU datang menerangi hariku yang terasa sunyi, Oooh ramadhan berkahmu kutunggu angkat musibahku Ramadhan hadirmu adalah anugerah dari Sang Maha Rahman, denganmu beribu-ribu dosa dihapuskan, semua amalan dilipatgandakan bagi umat Rasulullah”
Senandung lagu dengan judul Ramadhan yang dinyanyikan Mustafa Atif asal Mesir, lagu ini pernah viral di youtube tahun lalu. Lagu ini mengambarkan betapa luar biasanya Ramadhan memberikan pelung permaafan sekaligus menimbun pundi pundi amalan. Sebuah situasi begitu lapang akan pemaknaan memanusiakan manusia.
Inilah kado terindah yang diberikan Allah sang maha agung. Hadiah bagi hamba hambanya yang beriman. Bulan dimana semua doa doa diperkenankan sementara dosa-dosa dosa diampuni,
Pada bulan ramadhan Allah dengan sifat ar-Rahman-nya juga tidak biarkan kita sendirian berjibaku melawan hawa nafsu dan musuh abadi, Iblis dan syaitan. Allah kondisikan kita untuk semangat beribadah. Buktinya, pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, gembong-gembong syaitan dibelenggu, dan setiap doa diijabah.
Adakah kita yang tidak berdosa? Begitu banyak pintu dan jendela dosa yang kadang terbuka. Sebagai suami kita bisa berdosa terhadap istri, sebagai ayah kita bisa berdosa kepada anak-anak kita, sebagai anak kita bisa berdoa pada ayah, bunda dan mertua kita. Sebagai tetangga kita bisa berdosa pada mereka, sebagai guru kita bisa berdosa pada murid-murid kita, sebagai pimpinan kita bisa berdosa pada bawahan kita, sebagai pejabat dan penguasa kita bisa berdosa pada rakyat kita, sebagai hamba kita pun bisa berdosa pada Allah. Karena Allah sediakan Ramadhan sebagai peleburan dosa. Ramadhan sendiri maknanya adalah hari-hari yang sangat panas membakar. Apa yang dibakar?. Dosa. Dengan apa? Dengan taubat dan amal shalih, seperti puasa, qiyam al lail, tilawah al Quran dan amal kebaikan yang lain.
Tapi sayangnya banyak orang yang hanya menjadikan puasa sekedar ritual yang kehilangan makna. Misalnya orang yang berpuasa tetapi menghabiskan waktu siangnya hanya dengan tidur, tentu saja puasanya tetap sah. Bukankah secara fikih yang membatalkan puasa adalah makan, minum, dan berhubungan badan dengan istri di siang hari?
Tapi sejatinya orang yang berprilaku seperti ini menderita kerugian yang amat besar. Solnya saat sibuk dengan tidurnya yang terus-menerus itu, dia telah melewatkan banyak sekali kesempatan memperoleh keutamaan Ramadhan.
Kebaikan apa yang bisa dilakukan orang yang terus-menerus tidur? Pahala apa yang bisa diraih orang berpuasa yang menghabiskan waktu siangnya dengan tidur? Bagaimana Allah mau melipatgandakan balasan kebaikan, bila tidak secuil pun amal sholeh yang dilakukan oleh orang yang terus-menerus tidur?
Lagi pula, orang berpuasa yang menghabiskan waktu siangnya dengan tidur justru sedang menabung masalah. Antara lain, secara etika; tidak pantas rasanya orang kok kerjanya tidur terus-terusan. Stempel pemalas akan dengan mudah dilekatkan kepada yang bersangkutan.
Lebih buruk lagi, orang-orang yang di hatinya meyimpan kebencian terhadap Islam, akan menjadikan kemalasan itu sebagai peluru untuk menghabisi Islam. Mereka akan menebar stigma, bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan malas, atau setidaknya membiarkan kemalasan.
Semoga Ramadhan benar-benar menjadi momentum spiritualitas umat Islam yakni mencari ampunan Allah Swt, melembutkan hati, menjadi penyejuk serta menyuburkan iman di dalam dada. Wallahul Mustaan. (H. Darlis Muhammad)