PALU, Kabar Selebes – TNI dan Polri akan memberikan jaminan keamanan bagi warga yang berkebun di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Komandan Resor Militer (Danrem) 132 Tadulako, Brugadir Jenderal (Brigjen) TNI Farid Makruf, mengatakan pihaknya bersama jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng sudah beberapa kali melakukan peninjauan secara langsung pasca kejadian pembantaian empat warga Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupate Sigi pada pekan lalu.
Selain itu, agar dapat merancang dan meredakan hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi, yang pertama dilakukan yaitu, seluruh personel gabungan TNI dan Polri saat ini tengah mengintensifkan pengejaran terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dibawah pimpinan Ali Kalora.
“Segala daya kita kerahkan untuk mengejar mereka yang notabene kelompok MIT yang sangat menguasai medan di wilayah tersebut. Namun, kami yakin akan segera menemukan mereka, sehingga diperlukan doa dari segenap masyarakat secara umum di Sulteng,” ujar Farid kepada sejumlah wartawan di Markas Komando Resor Militer (Korem) 132 Tadulako, Jum’at (4/12/2020) malam.
Kemudian, langkah yang dilakukan kedua ialah secara sinergitas antara TNI dan Polri untuk melakukan rehabilitasi.
Proses rehabilitasi itu, kata dia, melaksanakan kegiatan Trauma Healing atau memberikan penyegaran dan hiburan terhadap masyarakat agar melupakan kejadian traumatik.
Selain itu, melakukan pembangunan kembali terhadap rumah yang di bakar dalam peristiwa itu, yang salah satu rumah diantaranya telah di bangun.
“Semoga dalam waktu dekat ini beberapa rumah yang dibakar di Desa Lemban Tongoa, yang sedang dalam pekerjaan bisa diselesaikan secepatnya agar dapat dihuni kembali oleh para korban,” terangnya.
Selanjutnya, kata dia, pihaknya bersama Polda Sulteng telah memberikan kepastian dan keamanan terhadap masyarakat dengan menempatkan pos jaga TNI dan Polri di sekitaran Desa Lemban Tongo.
“Kalau masyarakat Lemban Tongoa ingin berkebun, tentunya aparat keamanan akan melakukan pengawalan khusus,” pungkasnya.
Tidak hanya itu, pihak keamanan dari gabungan TNI dan Polri telah melaksanakan komunikasi sosial (Komsos) dengan berbagai pihak untuk meredahkan isu-isu liar yang beredar selama ini.
Ia pun kembali mempertegas, bahwa dalam kejadian yang menimpa warga di Desa Lemban Tongoa tidak ada aksi pembakaran Gereja.
Begitu pula dengan isu warga yang mengungsi, hal itu juga dikatakannya tidak benar.
“Komsos ini dilakukan dengan cara merangkul semua tokoh lintas agama. Karena, kejadian di Lemban Tongoa bukan merupakan aksi berdasarkan agama tetapi semata mata kekejaman teroris,” tegasnya.
Ia berharap kedepannya, tidak adalagi warga secara umum dan khususnya bagi kalangan pemuda serta remaja terpengaruh dengan idealogi yang menyimpang.
“Hal semacam itu tidak ada dalam ajaran Islam dan seluruh agama manapun tidak ada yang diajarkan kekerasan dan melakukan pembunuhan. Kami ingin Sulteng terbebas dari ajaran pemahaman dan ideologi Radikallisme yang menyimpang dari ajaran agama dan nilai- nilai Pancasila yang di anut selama ini,” tegasnya.
Ia juga menambahkan, hingga saat ini belum ada ketambahan DPO kelompok MIT yang diketahui masih berjumlah 11 orang dan masih dibawah pimpinan Ali Kalora. (maf/rlm/fma)
Laporan : Mohammad Arief