PALU, Kabar Selebes – Empat warga Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tewas dibunuh oleh orang Tak Dikenal (OTK) sekitar pukul 08.00 WITA Jumat (27/11/2020). Selepas kejadian penduduk di sekitar TKP memilih untuk mengungsi ke tempat yang relatif lebih aman.
Mengungsinya sejumlah warga diterangkan oleh kepala Desa Lembatongoa, Diki Basalulu ketika dihubungi wartawan di Palu, Sabtu (28/11/2020) pagi . Menurutnya 150 warga Lembantongoa yang mayoritas penduduk transmigran telah mengungsi ke rumah warga di dusun terdekat.
“Untuk yang mengungsi ini logistiknya. karena sudah tidak apa-apa habis semua. ” katanya.
Sebab warga yang mengungsi kekurangan logistik, dia pun berharap segera ada bantuan yang datang baik kebutuhan sandang dan pangan.
Sementara itu, 4 warga yang meninggal kini telah berada di Dusun 1 (berjarak +-9 Km dari lokasi kejadian) dan rencananya Sabtu ini akan segera dimakamkan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun media ini, korban itu yakni Yasa (suami dari wanita berinisial N), Pinu (suami dari K), Naka alias Pa Jana, dan berinsiial Pedi (Anak Alm Naka).
Tiga rumah dan satu rumah yang dijadikan tempat ibadah turut dibakar oleh pelaku yang diduga merupakan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT)
Rumah yang diketahui terbakar yaitu masing-masing rumah milik Pinu (korban), Naka(korban), rumah milik Nasiringgi (bagian dapur), dan sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat ibadah oleh umat Nasrani Trans Lewonu Dusun 5 Tokelemo.
Kapolres Sigi, Ajun Komisaris Besar Polisi Yoga Priyahutama yang dikonfirmasi Sabtu (28/11/2020) mengatakan, Tim INAFIS Polda Sulteng saat ini sudah berada di Desa Lembantongoa selanjutnya melakukan identifikasi.
“Sejak pagi, jenazah korban telah diserahkan ke Gereja terdekat dan dari keterangan saksi- saksi yang melihat telah diketahui indikasi atas kejadian ini, sehingga korban tidak dilakukan otopsi lagi di Rs.Bhayangkara,” ujarnya.
Menurut Yoga, atas permintaan keluarga, pihak Polres Sigi telah menyiapkan peti untuk korban selanjutnya dimakamkan di sekitaran rumah korban.
Hal ini dilakukan atas kordinasi petugas dengan pihak keluarga agar tidak terlalu repot kepengurusannya sehingga diambil langkah cepat untuk segera mungkin dikebumikan.
Lebih lanjut diterangkan Yoga dalam kejadian itu tidak ada Gereja yang dibakar, melainkan sebuah rumah milik warga yang dijadikan rumah doa atau tempat untuk beribadah warga sekitar, disebabkan jarak Gereja sangat jauh dari pemukiman para korban.
“Yang jelas tidak ada pembakaran Geraja resmi atau Pastori, itu hanya rumah biasa yang dipakaikan seng sebagai dinding tempat warga sekitar ibadah, ” tegasnya.
Yoga mengakui, dalam insiden ini belum bisa dipastikan dari kelompok MIT Poso, hanya memang sementara ini ada indikasi kemiripan dari kelompok MIT berdasarkan ciri- ciri dari DPO MIT yang kini diburu pihak keamanan Sulawesi Tengah.
“Adanya kemiripan itu berdasarkan keterangan saksi setelah di perlihatkan foto- foto DPO MIT tersebut. Dan dalam insiden ini bukan enam rumah yang dibakar melainkan hanya tiga rumah dan satu rumah biasa yang dijadikan tempat beribadah,” tandasnya.
Ia menambahkan, untuk saat ini situasi terkini di sekitaran lokasi kejadian sudah kondusif aman, pihak Polda Sukteng melalui Polres Sigi juga sudah melakukan Trauma Healing untuk menenangkan warga agar tidak panik dan menjadi ketakutan tersendiri akibat insiden ini. Saat ini juga dari pihak Brimob Polda Sulteng, Satgas Ops Tinombala, Polres Sigi dan TNI masih bersiaga di sekitaran lokasi. (maf/ap/fma)
Laporan : Mohammad Arief.