PALU, Kabar Selebes – Bencana non alam pandemi Covid-19 turut dirasakan dampaknya oleh pengrajin di Kota Palu, salah satunya pengrajin kayu Hitam (Ebony).
Made Mulyawan misalnya. Pemilik toko oleh-oleh khas Palu “Krisna Karya” di jalan Sam Ratulangi kota Palu mengaku penghasilan dari menjual kerajinan Ebony mengalami penurunan hingga 50 persen semenjak pandemi.
“Penurunan omset pendapatan tersebut dimulai sejak awal pandemi melanda Indonesia beberapa waktu lalu yang berdampak hingga ke Kota Palu,” ujarnya, Rabu (25/11/2020)
Meski begitu, Made tetap tegar dan terus semangat menjalani aktifitasnya seperti biasa. Ia tak menyerah, apalagi usaha yang telah dirintisnya itu cukup memakan biaya produksi. Tak heran harga funiture paling tinggi dijualnya mencapai Rp 25 Juta.
Kepada KabarSelebes.ID ia pun mengaku kini menjual produknya melalui media sosial mengantisipasi kurangnya pembeli yang berkunjung ke toko.
Memang tak dipungkiri salah satu marketing daring itu lagi digandrungi oleh sejumlah pengusaha di era industri 4.0. Made tak mau ketinggalan. Apalagi kerajinan yang dijualnya telah diminati hingga mancanegara.
“Kerajinan kayu hitam tidak hanya diminati oleh warga Kota Palu dan sekitarnya, tetapi juga para wisatawan lokal maupun mancanegara. Para wisatawan kebanyakan membeli suvenir sebagai oleh-oleh atau cinderamata,” ungkapnya.
Diketahui produk kayu Hitam di Sulteng khususnya di Palu telah terkenal hingga ke mancanegara. Kayu hitam atau Ebony Sulawesi biasa diolah oleh pengrajin menjadi barang mahal seperti ukir-ukiran dan patung, alat musik, gitar dan piano tongkat tak ketinggalan kotak perhiasan. (rkb/ap/fma)
Laporan: Rifaldi Kalbadjang