DONGGALA, Kabar Selebes – Lagi-lagi sejumlah penyintas bencana di Kabupaten Donggala dikecewakan Bupati Kasman Lassa. Pasalnya, Bupati membatalkan sepihak pertemuan dengan warga tanpa adanya pemberitahuan.
Padahal, pada Jumat (2/10/2020) telah diagendakan Bupati Donggala bersama Gubernur Sulawesi Tengah untuk menggelar rapat evaluasi pembangunan Hunian Tetap (Huntap) di ruang Rapat Bupati bagi masyarakat terdampak bencana gempa bumi 28 september 2018 di Kabupaten Donggala.
Hal tersebut dikeluhkan Erick salah satu penyintas di Kabupaten Donggala asal desa Loli Saluran. Pihaknya menyayangkan sikap Bupati Donggala yang cenderung bermain-main di atas penderitaan rakyatnya.
Menurut Erik, rapat tersebut merupakan inisiatif Bupati Donggala sendiri mengundang warga menghadiri rapat bersama Gubernur Sulawesi Tengah untuk membahas pembangunan Huntap warga terdampak bencana gempa bumi dan tsunami 2 tahun lalu.
Bupati Donggala mengundang warga untuk menghadiri rapat tersebut secara resmi dengan nomor surat 093/BAG.PROPOPIM/2020 yang sedianya akan dilaksanakan pada Jumat, (2/10/20), pukul 08.30 Wita di Ruang Kerja Bupati.
Namun kata Erik, Bupati Donggala justru membatalkan rapat secara mendadak dengan alasan Gubernur pada waktu yang sama sedang melaksanakan rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
“Kami sangat kecewa dengan Bupati Donggala dan juga Gubernur Sulawesi Tengah, harusnya rapat ini tidak dibatalkan hanya karena Gubernur sedang rapat dengan menteri. Kami ini rakyat, warga mereka, apalagi kami sama sekali tidak diberitahukan sebelum berangkat ke Kantor Bupati Donggala. Bayangkan, kami sudah 4 jam menunggu, baru pak Camat Banawa datang menemui kami untuk memberitahukan bahwa Bupati membatalkan rapat karena alasan Gubernur tidak bisa hadir.” keluhnya.
Kekecewaan juga disampaikan Hayati, Penyintas Loli Dondo, menurutnya Pemerintah Donggala selama ini hanya habis menebar janji, tidak pernah ada langkah kongkrit untuk segera menyahuti tuntutan warga korban tsunami 28 september 2018 lalu.
“Saya merasa sakit, sedih dan kecewa, kami dibiarkan begitu saja. Kami hargai undangannya tetapi Bupatinya tidak ada, itu mengecewakan sekali.” Katanya
Hal yang sama juga disampaikan Ahmad, Penyintas Labuan Bajo. Dia menuturkan, warga sudah membuka diri untuk menghadiri undangan Bupati Donggala dengan harapan ada solusi dari pertemuan itu, namun Bupati dan Gubernur justru tidak datang.
“Kenapa mereka tidak mau menemui warga? keinginan kami di Labuan Bojo sangat sederhana hanya ingin pembangunan Huntap dipercepat. Warga kasian sudah ada yang meninggal di Huntara, apakah mereka pernah lihat kondisi kami? Apalagi saat ini, Huntara sudah mulai rusak dan sebenarnya tidak layak huni lagi karena sudah mulai bocor-bocor”, ungkapnya.
Sementara itu, Freddyanto Onora, Kepala Divisi Kampanye dan Advokasi Sulteng Bergerak yang saat ini mendampingi penyintas di Desa Loli Oge, Loli Saluran, Loli Pesua, Loli Tasiburi, Loli Dondo, Kelurahan Labuan Bajo, Tanjung Batu dan Kelurahan Boya, Sabtu (3/10/2020) mengatakan bahwa Bupati Donggala sama sekali tidak punya itikad baik mengurus dan menyelesaikan masalah warganya.
Pasalnya kata dia usaha warga untuk berkomunikasi dan membicarakan masalah warga yang merupakan korban bencana gempa bumi dan tsunami 28 september 2018 sudah dilakukan berkali-kali, namun selalu buntu karena tuntutan warga tak pernah dipenuhi.
Padahal pertemuan dengan Wakil Bupati Donggala pada Sabtu, (29/8/2020) telah menyepakati agar warga yang menolak direlokasi dialihkan untuk menerima dana stimulan. Namun dalam perjalanannya, kesepakatan itu tiba-tiba berubah dan warga diminta untuk kembali direlokasi.
“Nah, dalam rangka itulah kami ingin bertemu Bupati Donggala dan Gubernur Sulawesi Tengah. Sayangnya, mereka selalu tidak bisa ditemui dengan berbagai alasan,” pungkasnya. (maf/ap)
Laporan : Mohammad Arief