SIGI, Kabar Selebes – Sebagai bentuk upaya mitigasi bencana, Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) – CRS dan Kelompok Pengurangan Risiko Bencana (PRB) enam desa di Kabupaten Sigi dan Donggala, melakukan penanaman 20.150 bibit yang memiliki nilai ekonomi dan berfungsi konservasi.
Marjoko selaku Kordinator program YPI-CRS menyatakan, pohon-pohon tersebut akan ditanam didaerah ancaman longsor dan banjir, di Desa Bolapapu, Namo, Salua dan Tuva, kabupaten Sigi. Adapun jenis tanaman yang diberikan berupa bibit durian montong sebanyak 8.950 pohon.
“Sedangkan desa Loli Tasiburi dan Kabonga Besar Kabupaten Donggala, sebanyak 6.700 dengan jenis bibit pohon mangga, pala, asam dan kemiri,” beber Marjoko, Rabu (16/9/2020)
Lanjut kata Marjoko, sebagai bentuk ketahanan pangan dan menghadapi bencana, kelompok PRB di enam desa juga berinisiatif menanam tanaman ubi kayu dan pisang sebanyak 4.500 pohon.
Selain untuk mitigasi, menurutnya secara ekonomi, total 8.950 pohon durian montong akan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 8.950.000.000.-/tahun pada usia tanam empat tahun.
“Dari pisang dan ubi kayu diperkirakan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 75.000.000.-/tahun,” lanjut Joko sapaan Akrab Marjoko.
Olehnya, dengan adanya upaya ini diharapkan menjadi sumber pendapatan masyarakat di masa depan yang berorientasi pada konservasi.
Diketahui YPI dan CRS juga memberikan dukungan kepada kelompok PRB penyediaan beras kedaruratan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan kelompok dapat fase normal.
Selain itu, kelompok juga didukung dengan mengadakan nutrisi kedaruratan yang dapat dimanfaatkan pada situasi darurat berupa peternakan sapi, kambing dan ikan yang juga dapat dikembangkan sebagai sumber pendapatan kelompok.
Upaya terhadap pengembangan ekonomi konservasi dan ketahanan pangan juga dapat dikembangkan sebagai pemersatu kelompok dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi keberlanjutan pada fase normal.
Dengan berbagai upaya itu Marjoko berharap, setelah aksi ini selanjutnya warga diharapkan bertanggungjawab untuk merawat dan memelihara tanaman tersebut sampai mampu memberikan penghasilan.
“Selain kawasan desanya bisa aman dari intaian bahaya longsor, setelah empat tahun diharapkan tanaman produktif ini dapat dipanen untuk menambah perekonomian,” pungkas Marjoko. (*/ap/fma)
Laporan: Adi Pranata.