Tutup
PilihanSulawesi Tengah

Selangkah Lagi, Stik Polo Rotan Sulawesi Tengah Siap Ekspor

2837
×

Selangkah Lagi, Stik Polo Rotan Sulawesi Tengah Siap Ekspor

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas perdagangan dan perindustrian (Disperdagin) Kota Palu, Syamsul Saifudin, memegang produk lokal Stik Polo Rotan buatan “Bamba Rattan” industri binaan Disperdagin, yang dihadirkan pada saat Ekspo Handicraft Sulawesi Tengah, di Palu Grand Mall, Kota Palu, Jum’at (21/8/2020). (Foto: Adi Pranata/KabarSelebes.id)
Suasana kegiatan Expo Handicraft yang digelar oleh dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tengah, di Atrium Palu Grand Mall,mulai tanggal 21-23 Agustus 2020. (Foto: Adi Pranata/KabarSelebes.id)

Menunggu Harmonized System

Meskipun kerajinan lokal sudah dilirik oleh salah satu negara kawasan benua Amerika Latin itu, sebelum di ekspor, banyak hal yang harus diantisipasi salah satunya rotan sebagai bahan produksi stik Polo.

Iwan mengungkapan, rotan dikhawatirkan oleh pemerintah pusat bisa berpotensi dimanfaatkan oleh negara lain untuk dibuatkan bahan mebel. “Stik polo itu bisa dijadikan kamuflase, bisa dijadikan mebel,” katanya.

Pihaknya menyatakan, harga penjualan stik polo paling murah bisa mencapai 8 hingga 10 Dollar per stick jika di ekspor. Inilah kemudian yang menyebabkan berdampak pada kerugian dengan harga penjualan yang murah, jika di ekspor berkemungkinan diolah menjadi berbagai alat mebel yang harganya cukup mahal.

Meski demikian, pihaknya telah berkordinasi dengan dirjen perdagangan luar negeri untuk bisa menerbitkan kode Harmonized System (HS) sebagai salah satu syarat Ekspor.

“Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa dikeluarkan kode HS,” jelasnya.

Pada kesempatan itu ia juga mengungkapan, KEK merupakan salah satu jalan untuk membangun usaha bisnis Industri, pasalnya KEK merupakan program strategis nasional dari pemerintah pusat.

Hal ini ditambah lagi dengan kemudahan fiskal dan non fiskal yang dimana Industri yang beroerientasi Ekspor tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

“Cuma kelemahannya KEK Palu ini, tidak banyak diketahui pengusaha lokal kita, sehingga banyak yang tidak mau,” ujarnya.

Iwan berharap pengusaha industri segera merelokasi, dimana ada tanah pemerintah yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga tidak lagi membeli tanah.

– Dukung Industri Tematik Lokal Menjadi Produk Unggulan

Tidak hanya Stik Polo Rotan, kegiatan Expo Handicraft juga turut menghadirkan produk tematik kerajinan lokal lainnya di daerah Sulteng.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Gubernur Sulteng, yang diwakili oleh Bunga Elim Sombag, selaku Asisten Administrasi, Ekonomi dan Pembangunan, akan dilaksanakan selama tiga hari kedepan dengan tujuan melegakan perindustrian kerajinan lokal pasca ‘digebuk’ Pagebluk Virus Corona.

Kepala bidang perdagangan luar negeri Diseprindag Sulteng, Wida Nursanti menyatakan, sebab adanya virus corona, kegiatan Expo hanya bisa diikuti oleh industri kreatif kota Palu dan juga Kabupaten terdekat.

Menurutnya, kerajinan tangan yang dihadirkan telah dijual di beberapa swalayan di Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah tas “Rombe Nagaya”, atau tas berbahan dari daun Silar yang dibuat di kelurahan Birobuli Kota Palu mulai tahun 1970.

“Dan ini diharapkan bisa menggantikan kantongan plastik,” katanya.

Ia mengharapkan kegiatan Expo menjadi agenda tahunan, guna mengenalkan potensi produk lokal menjadi produk unggulan di daerah Sulawesi Tengah.

Hal senada juga diungkapkan oleh Bunga Elim Sombag, mengharapkan melalui kegiatan ekspo produk lokal semakin dikenal oleh masyarakat luas, dengan menggabungkan penjualan online dan juga Offline.

Pihaknya menyatakan kedepan produk lokal di Sulawesi Tengah, akan lebih dikembangkan agar lebih menarik lagi, baik dari segi produk maupun kemasan.

Silakan komentar Anda Disini….