Jakarta, Kabar Selebes— Uang baru Rp75 ribu dalam rangka hari kemerdekaan 75 tahun RI menjadi incaran banyak orang. Tak terkecuali Heri, warga ibu kota DKI Jakarta yang memesan penukaran uang baru di kantor Bank Indonesia (BI) Pangkalpinang.
Heri mengaku sengaja membuka laman pemesanan pukul 15.00 tepat pada Senin (17/8) agar mendapat kuota pemesanan. Bahkan, ia langsung mengambil antrean pagi pukul 09.00 sehari setelah pemesanan dibuka, yakni Selasa (18/8).
“Kebetulan ambil di BI Pangkalpinang karena sedang berkunjung ke sini. Kemarin, ambil jadwal jam 09.00, (proses) cepat antrean tidak ada 10 orang langsung masuk ngambil,” katanya kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Heri, uang baru Rp75 baru memiliki keunikan dan kekhasan dibandingkan uang lembar Garuda lainnya. Uang baru Rp75 ribu layak dikoleksi, pikirnya. Di samping alasan menyimpan momentum kemerdekaan 75 tahun di tengah pandemi virus corona.
“Sebagai pengingat momentum kemerdekaan 75 tahun di tengah pandemi covid-19,” imbuh dia.
Kurang dari 24 jam sejak pembukaan, pemesanan penukaran uang baru Rp75 ribu di seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) penuh hingga dua pekan ke depan. Ini membuktikan masyarakat sangat antusias terhadap uang khusus edisi kemerdekaan RI ke-75 tersebut.
Buktinya, tak hanya Heri. Hal serupa juga dilakukan oleh Akbar. Ia mengaku membuka laman pemesanan tepat pada pukul 15.00 pada Senin (17/8) agar mendapatkan kuota pemesanan melalui Kantor Perwakilan BI di Yogyakarta.
Bahkan, ia juga mendaftarkan NIK kedua orangnya dan rela bolak balik dari rumahnya ke Kantor Perwakilan BI di Yogyakarta yang berjarak kurang lebih 30 menit untuk mendapatkan uang baru tersebut. Sebab, kuota pemesanan di hari yang sama telah habis.
“Pembeliannya mudah sih, kemarin sewaktu dibuka, di website, itu langsung daftar. Tinggal pilih lokasi dan waktu pengambilan, sama isi data lengkap,” ucapnya.
Ia menilai uang edisi khusus Kemerdekaan RI ke-75 itu cukup spesial, lantaran hanya dikeluarkan selama 25 tahun sekali. Namun, ia berharap BI juga mengeluarkan jenis uang koin, sehingga bisa lebih tahan lama.
“Jadi, mumpung ketemu sama tahun ini, ya saya tukarkan sama edisi khusus itu,” jelasnya.
Tak hanya kalangan publik, uang baru tersebut juga menjadi incaran para kolektor uang. Dihubungi terpisah, Angga, seorang kolektor uang kuno mengaku telah membeli uang edisi khusus tersebut.
Ia memilih membelinya melalui seorang kawan numismatik dengan harga dua kali lipat. “Buat koleksi saja,” terang dia.
Namun, Angga menyebut uang edisi khusus kali ini memiliki nilai koleksi kecil karena dicetak dalam jumlah banyak. Bank sentral sendiri menyatakan mencetak uang Rp75 ribu itu sebanyak 75 juta lembar.
Angga telah memiliki koleksi sejumlah uang kuno Indonesia (UKI). Mulai dari Rp1 hingga Rp1.000 seri Presiden pertama RI Soekarno. Menurutnya, nilai koleksi uang semakin mahal bergantung kepada jumlah item yang masih beredar dan kondisi uangnya.
“Nilai koleksinya tentu kecil, karena dicetak banyak yah. Dan juga proses perburuannya, di kalangan numismatik, tensinya rendah,” ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan peluncuran uang kertas pecahan Rp75 ribu ini menandai pembangunan RI selama 75 tahun sejak kemerdekaan.
“Sebagai wujud syukur dalam perayaan RI, pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan dan BI mengeluarkan uang kemerdekaan 75 tahun kemerdekaan RI,” ujarnya saat prosesi peluncuran.
Wajah proklamator kemerdekaan Soekarno dan Mohammad Hatta dipilih sebagai gambar dari pecahan uang tersebut dengan latar momen bersejarah pengibaran bendera merah putih pada 1945 silam.
Selain itu, MRT juga dipilih sebagai ikon pembangunan Indonesia sejak kemerdekaan. Sementara, di halaman belakang, dipilih gambar sembilan anak Indonesia yang berpakaian adat mewakili provinsi-provinsi yang ada di Indonesia.
Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan peresmian uang pecahan Rp75 ribu bukan untuk menambah likuiditas pemerintah. Tujuannya, adalah murni memperingati HUT RI ke-75.
“Pengeluaran uang pada 75 tahun Ri ini bukan-lah pencetakan uang baru yang ditujukan untuk peredaran secara bebas dan tersedia di masyarakat, bukan juga sebagai biaya tambahan likuiditas untuk kebutuhan pembiayaan dan pelaksanaan ekonomi,” jelas Ani, sapaan akrabnya. (fma)
Sumber : CNNIndonesia.com