JAKARTA, Kabar Selebes – Pakar Biologi Molekuler Ahmad Utomo menyebut penggunaan rapid test atau tes cepat molekuler yang kini digunakan untuk mendeteksi dini virus corona (Covid-19) tidak efektif digunakan sebagai langkah awal deteksi.
Menurutnya, tak ada pula studi yang mengatakan rapid test berhasil mengendalikan penyakit yang telah menjadi pandemi.
“Jadi memang kita sudah banyak mengetahui rapid test tidak efektif dan saya tidak menemukan literatur studi akademik bahwa rapid test ini berhasil mengendalikan penyakit,” kata Ahmad dalam diskusi bersama Society of Indonesian Science Journalists (SISJ), Kamis (7/8/2020) seperti dikabarkan CNNIndonesia.com.
Ia menjelaskan, keakuratan rapid test sangat bervariasi. Penggunaan rapid test akurat jika dilakukan pada fase akhir perkembangan virus di dalam tubuh, atau sekitar lebih dari 14 hari masa inkubasi virus.
Sementara tes PCR, bisa mendeteksi keberadaan virus lima hari sebelum muncul gejala. Oleh karena itu, tes PCR lebih efektif dilakukan untuk melakukan pelacakan.
“Artinya kalau digunakan untuk screening maupun penegakan diagnostik akan banyak yang lolos [rapid test], sementara tes PCR ini sangat sensitif karena bisa mendeteksi virus Covid-19 5 hari sebelum gejala seperti kasus OTG,” jelas Ahmad.
Ahmad mengatakan penggunaan rapid test sebenarnya bertujuan untuk mendeteksi keberhasilan vaksinasi atau melihat beban wilayah terpapar Covid-19, bukan untuk memutus rantai transmisi penularan.
“Apabila kita ingin memutus rantai transmisi atau mengenali orang yang positif, tentu harus menggunakan tes PCR, tapi kalau kita ingin menguji keberhasilan vaksinasi atau melihat beban wilayah yang terpapar atau apakah herd immunity tercapai tentu rapid test lebih bagus,” tuturnya.(abd)
Sumber : CNNIndonesia.com