Tutup
Ekonomi

BKF Jawab Dilema antara Kesehatan dan Ekonomi saat Corona

×

BKF Jawab Dilema antara Kesehatan dan Ekonomi saat Corona

Sebarkan artikel ini
Kemenkeu menyatakan pemerintah lebih memprioritaskan penanganan kesehatan akibat corona dengan tetap berupaya menyelamatkan ekonomi dalam negeri. (Dok: Universitas Indonesia).

Jakarta, Kabar Selebes — Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) buka suara soal dilema terkait sektor mana yang lebih diprioritaskan pemerintah di tengah pandemi virus corona, kesehatan atau ekonomi

Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu menyatakan sejauh ini pemerintah masih lebih memprioritaskan penanganan dampak pandemi corona ke sektor kesehatan. Namun, pemerintah tidak bisa mengabaikan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan ekonomi nasional. 

Advertising

“Pasti kesehatannya harus menjadi prioritas. Kesehatan ini menyangkut nyawa, rasa takut, kenyamanan untuk hidup,” ungkap Febrio saat diskusi virtual BPPK Kemenkeu, Senin (20/7). 

Febrio mengatakan prioritas ini tertuang dari alokasi anggaran untuk penanganan dampak pandemi corona di sektor kesehatan sebesar Rp87,5 triliun. Porsi alokasi untuk kesehatan mencapai 12,58 persen dari total anggaran penanganan dampak pandemi corona, Rp695,2 triliun. 

“Ini untuk sektor kesehatan, emergency semua. Penanganan korban covid, insentif tenaga kesehatan, dan lainnya. Itu selalu jadi prioritas utama,” katanya. 

Sementara anggaran penanganan dampak pandemi corona untuk perlindungan sosial sebesar Rp203,9 triliun. Lalu, untuk program di masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Rp106,11 triliun. 

Tak ketinggalan, anggaran juga ditujukan untuk mendukung UMKM Rp123,46 triliun dan korporasi non UMKM Rp53,57 triliun. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia harus mampu memanfaatkan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020. Pasalnya, Indonesia sudah pasti tumbuh negatif pada kuartal II 2020. 

Proyeksinya bisa sampai minus 4,3 persen. Sementara bila kuartal III 2020 juga negatif, maka Indonesia akan jatuh ke jurang resesi seperti yang saat ini sudah dialami Singapura. 

“Momentumnya adalah di Juli, Agustus, dan September, kuartal III. Kalau kita tidak bisa mengungkit di kuartal III, jangan berharap kuartal IV akan bisa, sudah,” ucap Jokowi. 

Masalahnya, Jokowi menyadari Indonesia juga akan mengalami puncak pandemi corona pada kuartal III 2020. 

“Kalau melihat angka-angka memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir. Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu, ya bisa angkanya berbeda,” tuturnya. (fma)

Sumber : CNNIndonesia.com

Silakan komentar Anda Disini….