Tutup
Nasional

Tangani 190 Pasien COVID-19 Sendirian, Dokter Asal Maros 6 Pekan Belum Pulang

×

Tangani 190 Pasien COVID-19 Sendirian, Dokter Asal Maros 6 Pekan Belum Pulang

Sebarkan artikel ini
Dokter Sugih Wibowo (Bakrie/detikcom)

Maros, Kabar Selebes – dr Sugih Wibowo, seorang dokter asal Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menangani 190 pasien positif (COVID-19) seorang diri sudah 6 pekan lamanya belum pulang ke rumah. Rasa rindu terhadap keluarga di rumah sangat dirasakannya.

“Sudah 6 pekan saya di sini ditugaskan sebagai penanggung jawab medis. Paling berat memang menahan rindu, apalagi ke anak yang baru tiga bulan,” kata Sugih saat ditemui detikcom di hotel Harper Makassar, Jumat (03/07/2020).

Advertising

dr Sugih bahkan tak kuasa membendung air mata saat mendapat kabar putranya yang baru tiga bulan mengalami sakit demam usai imunisasi. Lewat panggilan video, ia hanya bisa menatapi wajah putranya, lirih ia berkata, cepat sembuh yah nak.

Sugih tak bisa berbuat banyak, tugas menjaga 190 orang pasien Covid-19 yang diisolasi di hotel Harper Makassar, Sulawesi Selatan, membuatnya rela menahan rindu dengan anak dan istrinya di rumah yang ia tinggalkan sejak 25 Mei 2020.

Pria kelahiran 1983 itu, mengaku kecewa karena ditugaskan hanya seorang diri sebagai dokter di hotel itu, raut wajahnya tidak sedikitpun menunjukkan rasa lelah, terlebih di depan pasien.

Tiap hari selama 24 jam, ia bersama tiga perawat, siap siaga menerima keluhan dari 190 pasien isolasi yang berasal dari 24 Kabupaten di Sulsel. Nyaris, waktu istirahatnya pun terkuras habis untuk tetap terjaga melayani seluruh pasien.

“Kalau di hotel lain itu dokternya bisa tiga orang, itupun mereka bergantian. Saya di sini sendirian. Perawat yang temani saya itu tiga orang, tapi mereka juga bergantian ditugaskan,” tuturnya.

Menjaga pasien positif COVID-19 yang tergolong orang tanpa gejala (OTG) bukanlah perkara mudah. Banyak dari mereka yang secara psikis tidak terima kenyataan hingga ada yang sampai mencoba bunuh diri.

“Tiap hari itu, ada sekitar 300 chat di HP saya dari peserta yang harus saya balas satu-satu. Kalau ada emergency, baru saya ke kamar mereka pakai baju hazmat. Ada yang sampai bunuh diri waktu itu,” ungkapnya.

Kondisi itu sebenarnya, telah ia keluhkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Maros yang menugaskannya. Alih-alih didengarkan, justru ia mendapatkan respons yang membuatnya kecewa. Bahkan, tanpa setahu dia, surat tugas ketiga di tempat itu kembali ia terima.

Walau sebenarnya ia menolak, sumpah profesi sebagai dokter lah yang membuatnya bertahan. Baginya, seorang dokter pantang lari dari tanggung jawab walau harus mengorbankan diri sendiri. Prinsip itulah, yang membuatnya sering terjun menjadi relawan di lokasi bencana.

“Awalnya pun saya yang minta ditugaskan karena merasa terpanggil. Di surat tugas ketiga saya itu, saya sebenarnya sudah mau pulang. Tapi saya tidak mau langgar sumpah saya sebagai dokter, tetap saya lanjutkan,” sebutnya. (fma)

Sumber : Detik.com

Silakan komentar Anda Disini….