Jakarta, Kabar Selebes — Kondisi di Timur Tengah saat ini semakin memanas menjelang keputusan rencana Israel untuk menganeksasi sebagian kawasan Tepi Barat pada 1 Juli mendatang.
Wilayah yang diincar adalah Lembah Yordania dan wilayah yang berdiri permukiman ilegal di sekitar kota Yerikho.
Israel sudah merencanakan hal itu sejak lama. Namun, di masa lampau mereka masih menimbang-nimbang dampak yang bakal terjadi jika melanjutkan rencana itu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memutuskan akan tetap melanjutkan rencana itu dengan landasan menunaikan janji pada kampanye pemilu putaran ketiga yang lalu. Banyak pihak menentang gagasan itu.
Presiden Palestina, Mahmud Abbas, jauh-jauh hari menyatakan memutuskan seluruh perjanjian dengan Israel karena rencana tersebut. Dia juga menolak melakukan perundingan atau pembicaraan apapun dengan Israel.
Suara-suara yang menentang ide aneksasi Tepi Barat itu sudah diutarakan banyak pihak.
Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov, memperingatkan jika rencana itu dilanjutkan maka bakal memicu gelombang kekerasan di kawasan tersebut.
Selain itu, jika terjadi kekerasan maka akan berdampak terhadap perekonomian bagi warga Israel dan Palestina.
“Jelas langkah itu akan mendapat balasan dari Otoritas Palestina dan mereka bahkan sudah memulainya,” kata Mladenov dalam jumpa pers di Yerusalem, seperti dilansir Associated Press, Sabtu (27/6).
“Untuk saat ini pemimpin Palestina menyatakan mereka akan melakukan upaya apapun untuk menjaga ketentraman dan ketertiban di wilayah yang mereka kuasai. Namun, jika anggaran semakin menipis dan peluang politik semakin suram, saya merasa hal itu akan semakin menyulitkan atau mustahil di masa mendatang,” ujar Mladenov.
Menurut Mladenov, nafsu Israel untuk melakukan aneksasi Tepi Barat bakal memusnahkan harapan solusi dua negara. Israel saat ini bisa melakukan langkah itu karena masih mendapat dukungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Netanyahu juga mendesak melakukan rencana itu sekarang karena khawatir kehilangan dukungan, jika Trump kalah dalam pemilihan presiden AS yang digelar November mendatang.
Pernyataan Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, lebih mengerikan lagi. Dia memperkirakan jika rencana Israel berjalan maka bakal memicu perang antarpemeluk agama di Timur Tengah dan kawasan lain.
“Jika diterapkan, rencana aneksasi Israel bukan hanya menghancurkan peluang perdamaian di masa depan. Palestina akan kehilangan kepercayaan dalam perundingan damai, dan saya khawatir bangsa Arab juga akan tidak tertarik lagi dengan perdamaian di kawasan,” kata Gheit saat berpidato di hadapan sidang Dewan Keamanan PBB.
Menurut Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, negaranya berhak memperluas kedaulatan wilayah sesuai dengan klaim sejarah dan hukum.
Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Al-Malki, menyatakan Otoritas Palestina akan bubar di saat Netanyahu menyatakan menganeksasi sejengkal dari 30 persen target kawasan Tepi Barat. Hal itu berarti nasib penduduk Palestina diserahkan kembali kepada Israel sebagai pihak yang menduduki wilayah itu, sesuai Konvensi Jenewa.
Dia berharap Trump sebagai sekutu Netanyahu bisa campur tangan dan menghentikan rencana itu.
“Beberapa pihak mengatakan aneksasi hanya sebagian. Lainnya mengatakan aneksasi penuh. Apapun itu, kami tidak menerima segala bentuk aneksasi,” kata Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh.
Sumber : CNNIndonesia.com