PALU, Kabar Selebes – Pandemi Covid-19 seakan tidak mempengaruhi investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu. Sejumlah investasi sedang menyelesaikan pekerjaan mereka.
Komisaris Utama PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (BPST) — perusahaan daerah pembangun dan pengelola KEK Palu — Iwan Yunus, mengatakan ada satu tenan yang sedang dalam tahapan pembangunan In-Lline sistem (mesin pengolahan daun dan biji kelor yang terintegrasi), yakni PT Moringa Organik Celebes Indonesia (MOCI) yang bergerak di bidang pengolahan kelor.
Untuk kepentingan itu, katanya, pihak PT MOCI kini telah menanam kelor di lahan seluas 10 hektare untuk mendukung ketersediaan bahan baku pabrik pengolahan kelor tersebut.
“Tapi kebun kami itu hanya kebun contoh, karena perusahaan kami akan membangun kemitraan dengan kelompok tani,” kata Iwan Yunus.
Kemitraan dengan petani itu dibutuhkan, karena target luasan kebun kelor minimal 40 hektare, untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin yang terpasang, yakni memproduksi 20 ton bubuk daun kelor kering per bulan.
Kelor produksi PT MOCI di KEK Palu itu, telah bekerjasama dengan PT Moringa Organik Indonesia (MOI) sebagai prinsipal untuk pasar Eropa.
Sementara itu, Direktur Utama PT BPST, Andi Mulhanan Tombolotutu mengatakan, pabrik yang saat ini sudah beroperasi juga adalah pabrik pengolahan rotan yang dikelola oleh PT Kaili Rotan Industri, yang saat ini sedang mengerjakan stick polo dan pengadaan rotan untuk bahan baku furniture di Cirebon.
“Di bulan Juni nanti, perusahaan ini akan melakukan ekspor perdana dua konteiner stick polo ke Argentina dan 30 ton bahan baku furniture ke Cirebon,” kata mantan Wakil Walikota Palu itu.
Rotan yang diolah di pabrik PT Kaili Rotan Industri ini, adalah jenis rotan tohiti, batang, lambang, ronti dan datu yang dibeli dari petani di Morowali Utara, Sigi, Donggala dan beberapa daerah lainnya.
Kaitan dengan sistem kerja karyawan di KEK Palu, menurut Mulhanan, sistem kerja tetap menyesuaikan dengan protokol kesehatan di tengah pandemi corona.
Menurut Mulhanan, pekerja dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama 10 orang mulai bekerja dari jam 08.00 WITA sampai jam 11.00 WITA, kemudian kelompok kedua dimulai dari jam 13.00 WITA sampai jam 17.00 WITA, dan tetap mengikuti protokol jaga jarak, selalu mencuci tangan dan menggunakan masker.
“Kebijakan lain lagi adalah, jika hari ini kelompok satu sudah kerja, besoknya mereka tidak masuk. Nanti masuknya di hari berikutnya lagi. Jadi selang seling seperti itu,” kata Mulhanan Tombolotutu. (och/abd)
Laporan : Abdee Mari