PALU, Kabar Selebes – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palu, melalui Komisi B meminta Pemerintah Kota dapat memastikan stok dan harga bahan pokok tetap stabil di tengah-tengah penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Upaya antisipasi itu harus segera dilakukan, menyusul mulai terjadinya kepanikan berlebih dikalangan masyarakat.
“Kami minta pemerintah, khususnya dinas terkait untuk memastikan kebutuhan bahan pokok. Jangan sampai gara-gara virus ini, justru Kota Palu terkena “musibah” dua kali karena harga bahan pokok naik. Yang kasian kan masyarakat,” kata Ketua Komisi B, Ridwan Basatu, Jum’at (20/03/2020).
Selain itu, upaya pengawasan yang lebih intens juga untuk mengantisipasi adanya oknum yang melakukan penimbunan bahan pokok serta melakukan permainan harga ditingkatkan pengecer.
“Dinas Perindustrian dan Pedagang harusnya mulai sekarang sudah melakukan pemantauan. Kepanikan seperti ini pasti akan di manfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Jadi kami minta lebih aktiflah, dan kamipun di Komisi B siap untuk turun langsung le lapangan kalau mereka kekurangan personil untuk melakukan hal itu,” tegasnya.
Hal yang sama juga di ungkapkan, anggota Komisi B Rizky Hardianti Ramadani. Menurutnya pengawasan juga perlu dilakukan terhadap ketersediaan masker dan hand sanitizer. Dua alat kesehatan itu, menurutnya menjadi semakin langkah di tengah menyebarnya virus Corona. Bahkan harganya saat ini kian melambung tinggi.
“Masker dan hand sanitizer ini menjadi proteksi awal untuk menghadapi wabah virus ini. Harusnya, Pemerintah sudah bersikap untuk memastikan ketersediaan stoknya,” ungkapnya melalui sambungan via telfon.
Kepastian stok masker dan hand sanitizer, dianggapnya sangat diperlukan. Tujuannya untuk memastikan kesiapan pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi masyarakatnya, selain menyediakan peralatan penunjang medis lainnya di rumah sakit rujukan.
“Kalau hand sanitizer dan masker bisa dipastikan ketersediaannya, pasti itu bisa mengurangi rasa panik masyarakat,” pungkasnya.
Laporan : Mohammad Sobirin
.
.
