PALU, Kabar Selebes – Band Culture Project kembali akan merilis single mereka setelah sebelumnya mereka merilis lagu berjudul Palu Dilupa. Single kedua ini berjudul “Darurat” dan dirilis tepat sebulan setelah single pertama.
Single “Darurat” ini digarap khusus dan disesuaikan dengan kondisi sosial dan politik di Kota Palu. Isi dari lagu ini masih tetap sama dengan single Palu Dilupa, dimana sangat kental kritik mereka terhadap kondisi masyarakat Kota Palu pascabencana tahun 2018 yang lalu.
“Mungkin hanya ini sumbangan kami untuk para penyintas. Kami mungkin datang terlambat dibanding mereka yang sudah membantu para korban gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu. Tapi, kami berharap dengan karya kami ini bisa membantu mengangkat kembali moral mereka yang sudah terpuruk,” kata Umaryadi Tangkilisan kepada KabarSelebes.ID di Komplek Radio Nebula FM Palu Rabu (30/1/2020).
Bantuan yang disebut Umaryadi itu adalah peluncuran single “Darurat” yang dilakukan di tengah-tengah penyintas, yakni di hunian sementara (Huntara) Lapangan Golf, Kota Palu Pada Jumat (31/1/2020) sore.
Mereka memilih merilis lagu di tengah-tengah penyintas kata Umaryadi, karena karya mereka itu seluruhnya untuk para penyintas. Selain juga untuk menjadi hiburan bagi masyarakat korban bencana itu.
“Nanti tidak seperti launching pada umumnya. Kami rilis single itu lalu kami siapkan keyboard untuk electone agar masyarakat bisa menyanyi dan melupakan kesedihan mereka di huntara,” kata Umaryadi.
Memilih huntara sebagai tempat merilis single “Darurat” itu juga bukan tanpa alasan.
“Huntara yang kini ditinggali para korban bencana, identik dengan situasi kedaruratan. Ini senafas dengan tema lagu ini, darurat!” kata pria yang akrab disapa Adi Tangkilisan ini.
Lagu “Darurat” ini juga kental dengan kritik dimana menjelang satu setengah tahun berlalunya bencana gempa bumi, tsunami dan likufaksi itu, nasib para korban masih belum jelas.
Sebagian sudah menghuni huntara-huntara baik yang dibangun pemerintah maupun lembaga kemanusiaan lainnya. Tapi tak sedikit juga di antara mereka masih terlihat di tenda-tenda darurat yang sudah compang-camping terdera panas dan hujan.
“Sudah terlalu lama mereka menunggu, saya tidak tahu lagi sampai dimana daya tahan mereka dalam ketidakpastian itu. Miris,” ujar Adi.
Ia mengatakan, lagu “Darurat” tidak jauh dari perasaan itu. Mencoba mengangkat rasa yang dialami orang-orang yang juga adalah bagain dari rakyat Palu, rakyat Indonesia.
Adi menyebut, dia dan kawan-kawannya di Culture Project akan memproduksi satu lagu setiap bulan dengan tema yang tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial. “Targetnya akan tercipta 12 lagu selama satu tahun,” kata Adi.
Pada rilis lagu yang dikemas dengan nama Musiktigasi itu, beberapa rangkaian acara sudah diagendakan seperti bicara-bicara baku lia alias bincang-bincang yang mengahadirkan psikolog asal Palu M Basir dan musisi rock Takim, juga Arul & Jho, Achi The Box, dan Carrabean Bunglon.(Abdee)