PALU, Kabar Selebes – Perubahan cuaca ekstrim yang terjadi sejak awal tahun 2020, berdampak langsung terhadap para petani garam di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore.
Panen yang biasanya bisa dilakukan empat hari sekali, saat ini tidak dapat dilakukan karena cuaca tidak mendukung.
“Berdampak sekali. Karena kalau panasnya normal kita bisa panen empat hari sekali,” kata Marjan salah seorang petani garam, Selasa (16/1/2020).
Setiap petak lahan garam, yang dimiliki petani mampu menghasilkan empat hingga enam karung saat panen dengan harga Rp40 ribu perkarung nya.
Sehingga, jika tetap memaksakan untuk produksi petani tidak maksimal. Bahkan tak jarang merugi. Sebab, pasca bencana para petani garam tidak memiliki naungan untuk menjual hasil produksi.
“Kalau memang tetap mau produksi pasti rugi, karena kami bergantung dengan kondisi cuaca. Sekarang juga belum ada koperasi, jadi agak susah mau menjualnya,”imbuh pria lima orang anak ini.
Selain cuaca ekstrim, angin kencang juga berpengaruh terhadap kualitas garam, seperti yang dikemukakan Abdul Salam. Sehingga para petani memiliki beristirahat dan memperbaiki lahan garapan.
“Libur dulu kalau kondisi cuaca begini. Karena bukan cuman panas, angin juga berpengaruh dengan kualitas garam. Jadi begini sudah, kita hanya perbaikan petakan lahan yang rusak,”jelasnya.
Garam talise sendiri memiliki beberapa fungsi selain untuk keperluan dapur yaitu, untuk pupuk perkebunan seperti kelapa dan coklat.(Sobirin)