PALU, Kabar Selebes – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun 2019 masih tinggi, namun cenderung melambat jika dibanding triwulan yang sama pada tahun 2018, maupun triwulan sebelumya tahun 2019.
Pada triwulan I 2019 tumbuh 6,07 persen, triwulan II 6,62 persen dan triwulan III 6,07 persen. Meski demikian kami mengestimasi untuk keseluruhan tahun 2019, bisa mencapai 6,4 di triwulan terakhir.
“Kami akan terus menggenjot melalui realisasi APBD dan mendorong pertumbuhan kredit,” kata Kepala Kantor BI perwakilan Sulteng M. Abdul Majid Ikram usai pertemuan akhir tahun bersama pemangku kepentingan di Sulawesi Tengah, Kamis, (5/12/2019).
Menurut dia, faktor yang mempengaruhi perlambatan adalah pola konsumsi rumah tangga yang masih rendah sehingga perlu didorong dengan harapan dengan inflasi rendah daya beli masyarakat juga meningkat.
Sehingga, lanjut dia pada tahun 2020 masyarakat akan mencoba meningkatkan konsumsinya. Disisi lain dengan turunnya tingkat suku bunga yang akan diikuti dengan suku bunga di perbankan akan bisa menjadi sumber pembiayaan baik dari masyarakat maupun investor melalui kredit.
“Itu yang kita harapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” harapnya.
Selain itu, perlambatan juga tidak lepas dari efek bencana gempa, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018 silam di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala yang membuat sejumlah sektor pendongkrak perekonomian Sulteng dari tiga daerah tersebut rusak.
“Kerusakan irigasi akibat bencana di Kabupaten Sigi nampaknya cukup mempengaruhi penurunan kinerja di sektor tersebut,” terangnya.
Ia berharap tahun 2020 irigasi di wilayah terdampak bencana kembali normal sehingga pasokan produksi dari komoditas pangan akan meningkat. (Sarifah Latowa)