PALU, Kabar Selebes – Nelayan di Palu dan Donggala sebelumnya berhenti melaut setelah perangkat perahu dan alat penangkapan ikan rusak bahkan hilang dihantam tsunami. 2.650 nelayan kini kembali melaut usai mendapatkan bantuan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB atau FAO.
Ribuan nelayan itu terbagi menjadi dua bagian, 1.533 nelayan Donggala dan 1.107 nelayan Kota Palu. Nelayan Donggala, merupakan masyarakat pesisir yang bermukim di sembilan kecamatan mulai dari Kecamatan Balaesang dan Balaesang Tanjung hingga Kecamatan Banawa dan Banawa Selatan.
Sementara, nelayan di Palu adalah mereka warga pesisir Pantai Talise. Membantu memulihkan kegiatan tangkap ikan oleh nelayan di Palu dan Donggala sudah menjadi komitmen FAO ketika bencana, termasuk ketika terjadi krisis.
“FAO telah berkomitmen untuk membantu masyarakat semua,” ucap Asisten FAO Representative di Indonesia – Program, Ageng Herianto, pada Rabu (28/8/2019) di Donggala.
Dia menyebutkan, bantuan kemanusiaan sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu dari bentuk komitmen FAO.
“Keluarga nelayan, selalu menjadi perhatian kami. Seminggu setelah bencana, kami mendapat kepercayaan dari PBB untuk cepat menanggapi apa yang terjadi di Sulteng,” kata dia.
Atas komitmen itu, FAO,mengucurkan anggaran kurang lebih senilai Rp3 miliar dalam bentuk alat tangkap ikan penunjang kelancaran kegiatan 2.650 nelayan di Palu dan Donggala.
Sementara itu, pihak pemerintah mengungkapkan bahwa data akuat nelayan yang terdampak di Donggala sudah diperoleh dan valid, sehingga sangat gampang peroleh bantuan dari lembaga kemanusiaan.
“Setelah terjadi bencana, sampai saat ini nelayan yang terdampak sudah mendapatkan bantuan alat penangkapan ikan dan siap untuk kembali melaut,”ucap
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Donggala, Ali Assegaf.(Arjan)