DONGGALA, Kabar Selebes – Rombongan Tim Pesepak Bola Putri dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Mutiara Sindue yang mengikuti turnamen sepak bola piala Menpora di Bandung mulai gelisah. Pasalnya hingga, Kamis 8 Agustus 2019, mereka belum mendapatkan dana untuk biaya akomodasi kembali ke Palu.
Manajer Tim SSB Mutiara Sindue, Arifdal yang dikonfirmasi pertelepon, Kamis 8 Agustus 2019, berharap bantuan kepada masyarakat Sulawesi Tengah khususnya, dan Donggala umumnya agar bisa sedikit memberikan bantuan dana untuk biaya kepulangan 22 atlet yang tergabung dalam tim sepak bola putri SSB Sindue yang berada di Bandung.
“Minta tolong pak siapa tahu komiu (wartawan,red) punya kenalan di Jakarta atau Bandung bisa bantu kami tambah-tambah biaya pulang. Total dana yang kami butuh Rp30 juta ini,” katanya seperti dikutip dari Metrosulawesi.id.
“Kasihan anak-anak pak orang tuanya berharap anaknya berlebaran haji di kampung,” tambahnya.
“Belum lagi besok pagi (hari ini,red) kami harus angkat kaki (check out) dari hotel. Sebagai manajer, saya sudah bingung mau kemana kalau sudah “diusir” dari hotel? Dana sudah tidak ada. Kami rencana mau spekulasi ke Jakarta mencari donatur,” sebutnya.
Arifdal menjelaskan dia bersama tim memberanikan diri berpartisipasi di turnamen Piala Menpora karena telah ada yang menjanjikan akomodasi tiket PP (tanpa sebut nama), sementara kalau kita tidak ikut di turnamen ini jatah Provinsi Sulteng akan hilang.
“Kami hanya modal semangat dan termotivasi agar ada juga putri-putri Sulteng bisa berlaga di kancah nasional. Alhamdulilah perjuangan anak-anak tidak sia-sia. Striker putri kita, atas nama Faraisyah diincar untuk masuk ke Timnas sepak bola putri,” tuturnya.
Terpisah Wabup Donggala, Moh Yasin yang dikonfirmasi terkait tim SSB Putri yang terancam telantar di Bandung itu, mengaku kaget. Kepada Metrosulawesi, Wabup mengaku, baru mendengarnya dari pemberitaan.
“Kalau bisa dicek juga di Askab atau Asprov terkait keberangkatan atau akomodasi tim sepak bola putri SSB Sindue,” singkatnya. (anc)
Tak Setahu Kadispora Sulteng
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tengah Irvan mengaku sangat prihatin dengan nasib para atlet pesepak bola putri Sindue tersebut, sehingga terancam telantar di Bandung.
“Kegiatan yang diikuti oleh para atlet tersebut, tidak menjadi program dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sulteng, sehingga mereka tidak terkordinir oleh Dispora Provinsi. Apalagi kegiatan ini ada hubungan langsung dengan Kemenpora, dan tentunya pengelolaan kegiatan itu mungkin ke mereka-mereka yang ditunjuk. Kita dari Dispora Provinsi belum terlalu mengetahui secara persis. Apalagi dengan keberangkatan khususnya pembiayaan,” kata Irvan di ruang kerjanya, Kamis, 8 Agustus 2019.
Irvan mengatakan, Dispora Sulteng memiliki program kegiatan. Namun agenda olahraga yang diikuti oleh pesepak bola putri Sindue tidak masuk dalam program kerja Dispora Provinsi.
“Jika masuk dalam program kerja Dispora Provinsi pasti akan diperhatikan. Misalnya beberapa kegiatan yang terprogram seperti Kerjunas dan cabang-cabang olahraga yang lain semua itu terprogram,” ungkapnya.
Irvan justru mempertanyakan siapa yang menginisiasi kegiatan tersebut. Kegiatan cabor tentunya ada pengurus daerahnya seperti pengurus provinsi atau pengurus cabang, atau semacam apa di daerah. Sebab untuk tahun ini untuk di Dispora Provinsi hanya mengadakan kegiatan olahraga pelajar.
“Intinya memang kegiatan olahraga yang diikuti oleh atlet Sindue tidak masuk dalam program Dispora Sulteng,” kata Irvan.
Irvan mengaku cukup prihatin dengan kondisi tersebut, karena tiba-tiba ada atlet Sulteng yang mengikuti kegiatan turnamen sepak bola Menpora tiba-tiba telantar. Yang jadi pertanyaan saat ini bagaimana kesiapan koordinator kegiatan ini, sehingga sampai bisa berangkat, kemudian tidak mempertimbangkan hal teknis untuk pulang ke daerah asal, sehingga mereka tidak bisa pulang.
“Tentunya hal ini menjadi ke khawatiran kita. Saya menganggap yang membawa atlet ini cukup berani membawa kontingen dengan pembiayaan yang tidak dipersiapkan, bahkan menggunakan biaya sendiri,” ungkapnya.
Irvan menyarankan kepada para atlet tersebut, agar melakukan koordinasi siapa yang bertanggung jawab dengan kegiatan tersebut.
“Apakah dari pengurus provinsi atau pengurus cabangnya, pengurus kabupaten, sebab kegiatan olahraga sepakbola,” katanya.
Olehnya itu Irvan mengingatkan, sebaiknya dalam event-event seperti ini agar berkoordinasi dengan pengurus cabor setempatnya, baik itu di Pemkab atau Pemprov. Sehingga kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh para atlet bisa teratasi dan terkoordinir.
“Jangan sampai terjadi kekhawatiran seperti ini, harus ada yang bertanggungjawab soal peristiwa tersebut. Jika berani membawa tentunya juga harus berani membawa pulang,” imbuhnya.(metrosulawesi.id)