Tutup
Sulawesi Tengah

JMK-Oxfam Bantu 188.655 Warga Terpapar Bencana Sulteng

×

JMK-Oxfam Bantu 188.655 Warga Terpapar Bencana Sulteng

Sebarkan artikel ini

PALU, Kabar Selebes – Hampir genap satu tahun semenjak Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK)-Oxfam terlibat dan turun langsung dalam pembangunan Palu, Sigi, dan Donggala.

Beragam bantuan serta dukungan yang terus berdatangan menjadi asa yang terus menghidupkan semangat masyarakat PASIGALA.

Advertising

Respon sistematis terhadap bencana, diperlukan baik melalui disaster preparedness, tahap emergency ketika bencana terjadi, dan tahap recovery yang mencakup rekonstruksi dan rehabilitasi. Dengan melihat tahapan tersebut, pembelajaran atas respon bencana yang diikuti oleh kebijakan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana, juga menjadi bagian penting.

Misi kemanusiaan yang digagas JMK-Oxfam tersebut, telah menyelesaikan fase pertama, yakni tahap emergency. Pada tahap yang dimulai di bulan Oktober hingga Maret 2018 lalu, JMK-Oxfam lebih menitikberatkan tugas pada pengurangan krisis air bersih di lokasi terdampak melalui pendistribusian air, penyediaan prasarana sarana serta sanitasi. Lebih jauh, di fase emergency tersebut JMK-Oxfam juga melakukan edukasi untuk memaksimalkan hidup bersih di lokasi pengungsian. Selain itu, akses terhadap kebutuhan pangan para penyintas menjadi program substansi yang dijalankan.

Pada fase kedua yakni di bulan April hingga September 2019, JMK-Oxfam fokus kepada program pembangunan secara berkelanjutan yang digagas masing-masing sektor kerja yakni WASH (Water Sanitation and Hygiene), EFSVL (Emergency, Food, Security, Venurable and Livelihood) dan Gender and Child Protection.

Akses terhadap pangan yang menjadi tujuan besar EFSVL tersebut, tidak hanya tentang apa yang akan dikonsumsi para penyintas. Namun memastikan akses yang cukup terhadap sumber daya esensial dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk semua orang dan setiap saat. Kemudian bagaimana cara memperoleh, memproduksi sendiri sebagai cara pemenuhan kebutuhan pangan minimum untuk mencegah terjadinya malnutrisi akut.

Hingga di bulan ke-8 respon bencana PASIGALA, sektor EFSVL JMK-Oxfam telah melakukan beberapa capaian kerja seperti pendistribusian alat kebersihan (Cleaning kit) sebanyak 6.400 unit ke 19 desa, peralatan kerja (Tool kit) yang diperuntukkan bagi petani garam di Talise yang diserahkan kepada 815 penerima manfaat. Sektor EFSVL JMK-Oxfam juga menyalurkan dana sebesar Rp8.908.960.000 yang disebar ke-19 desa dan 7439 KK melalui program kerja Cash For Work.

“Di fase kedua ini, kami masuk ke tahap pemulihan ekonomi. EFSVL terkait bantuan multiguna yang bisa digunakan untuk bertahan hidup,” ujar Maman Natawijaya, Officer EFSVL JMK-Oxfam.

“Penguatan di fase kedua ini juga, kami fokus terhadap peningkatan keterampilan wawasan yang dihubungkan dengan pemasaran kualitas produk yang dihasilkan termasuk regulasi mengenai kesiapsiagaan bencana dengan menghadirkan desa tangguh bencana melalui perdes,” lanjutnya.

Salah satu dampak dari bencana PASIGALA adalah rusaknya fasilitas air bersih, sanitasi dan kebersihan warga, dan berimplikasi kepada sulitnya akses kepada fasilitas tersebut dan berdampak pada penuruan status kesehatan dan kemungkinan merebanknya penyakit yang bersumber dari air dan lingkungan.

JMK-OXFAM telah merespon bencana Sulawesi Tengah sejak di minggu pertama dengan mendistribusikan Hygiene Kit dan juga pembangunan sarana air dan sanitasi agar akses kepada layanan dasar ini dapat terus terpenuhi dan mendampingi masyarakat dalam operasional dan pengelolaan fasilitas tersebut agar senantiasa dapat terus digunakan oleh masyarakat terdampak.

Agar operasional dan pengelolaan fasilitas senantiasa berjalan, diperlukan sebuah komite yang berisikan perwakilan warga yang disepakati bersama oleh seluruh unsur warga agar ada keterwakilan semua kelompok masyarakat, baik itu perempuan, laki-laki, kelompok pemuda, rentan serta disabilitas.

Komite ini akan berjalan beriringan dengan kader-kader kesehatan, baik yang sudah ada ataupun dibentuk jika diperlukan, agar selain sarana air dan sanitasi dapat terpelihara, ada pesan-pesan promosi kebersihan dan kesehatan yang dapat terus dikomunikasikan ke warga.

Sejak Oktober 2018 hingga Juli 2019 ini, sektor WASH JMK-Oxfam telah merampungkan produksi air bersih sebanyak 29.642.500 liter yang berada di 5 lokasi, kemudian pendistribusian air sebesar 10.782.110 liter di 298 lokasi.

Selain penyediaan air bersih, WASH juga memastikan para penyintas mendapat akses pemenuhan hidup bersih dan sehat melalui pembangunan latrine sebanyak 430 unit di 321 lokasi, pendistribusian peralatan kebersihan sebanyak 24.447 unit pada 68 desa, pendistribusian Aquatabs sebanyak 24.960 unit di 21 desa, serta promosi kesehatan untuk anak yang telah dilakukan sebanyak 30 aktivitas di 30 desa.

Salah satu variable penting yang harus diperhitungkan adalah bahwa bencana yang sama bisa membawa dampak yang berbeda bagi kelompok gender yang berbeda. Sama-sama terjadi bencana gempa, tsunami dan likuifaksi misalnya, dampak yang ditimbulkan bagi laki-laki dan perempuan tidaklah identik, yang salah satunya disebabkan oleh perbedaan kerentanan terhadap bencana karena relasi gender yang ada.

Salah satu isu kunci yang menjadi fokus utama dari proses tanggap bencana PASIGALA dalam peredaman risiko bencana ini adalah memastikan bahwa analisis gender menjadi perspektif yang terintegrasi di dalamnya. Beberapa alasan yang mendasari mengapa integrasi perspektif ini begitu penting, akan dielaborasi dalam analisis kerentanan, analisis dampak, relasi antar pihak dan pilihan-pilihan yang tersedia untuk membuat upaya antisipasi bencana menjadi lebih terkelola dengan baik.

Secara teknis, sektor Gender and Child Protetion JMK-Oxfam telah menyalurkan 180 unit peralatan dan perlengkapan bayi di 8 lokasi terdampak bencana, kemudian paket kebutuhan Lanjut usia (Lansia) sebanyak 89 unit serta pelatihan berbasis gender sebanyak 280 aktivitas di 22 desa.

“Kami berharap dengan kehadiran kami bisa membuat masyarakat korban bencana dapat bangkit kembali dan bahkan lebih kuat dari sebelum terjadinya bencana alam. Masyarakat harus lebih kuat dalam menghadapi setiap lini kehidupan jika sewaktu-waktu hal yang tidak diharapkan kembali terulang,” tutup Nining Rahayu, JMK Partnership Management.( */patar)

Silakan komentar Anda Disini….