Tutup
Dunia Islam

MUI Kota Palu Gelar I’Tikaf dan Shalat Tasbih Malam ke-25 Ramadhan

1015
×

MUI Kota Palu Gelar I’Tikaf dan Shalat Tasbih Malam ke-25 Ramadhan

Sebarkan artikel ini

PALU, Kabar Selebes – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu menggelar I’tikaf dan shalat tasbih berjamaah dibmalam ke-25 Ramadhan di masjid Al-Ihsan Jalan Oto Iskandar, Kamis (30/5/2018) dini hari.

Dalam ceramahnya, Ketua MUI Kota Palu Prof Zainal Abidin, menjelaskan, bahwa beribadah atau lebih tepatnya mengabdi kepada Allah adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan manusia.

Hal tersebut selaras dengan perintah yang tertuang dalam Al-Qur’an bahwa manusia dan jin diciptakan untuk tujuan mengabdi kepada-Nya. Meskipun, baik kita beribadah maupun durhaka sesungguhnya sama sekali tak mempengaruhi sedikit pun keagungan Allah.

Kata Prof Zainal, ada tiga hal yang motivasi yang mendorong manusia untuk beribadah sesuai pendapat Abd Allah ibn Sina atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina. Pertama, motivasi ala pedagang.

Seseorang beribadah karena didorong oleh keuntungan timbal balik dari sesuatu yang ia keluarkan, misalnya, ia menunaikan shalat, puasa, zakat, bersedekah, menolong sesama, atau lainnya dengan penuh pengharapan bahwa balasan surga kelak ia dapat.

Alasan seseorang rela berlapar-lapar puasa di alam fana ini adalah sebab di akhirat nanti ia bakal kenyang; susah-susah bangun malam untuk sembahyang tahajud sebab ia tahu ada kelezatan yang bakal diperoleh dari jerih payah itu.

Segenap ibadah di dunia pun menjadi semacam modal dan aktivitas perniagaan, dengan kenikmatan surgawi sebagai laba yang diidam-idamkan. Logikanya, siapa yang berinvestasi maka akan menuai hasilnya. Siapa yang menanam, akan memanen.

“Dan Al-Qur’an sendiri di beberapa tempat mengabarkan bahwa siapa pun yang beriman dan berbuat baik akan mendapatkan surga. Bahkan janji itu dideskripsikan dengan mengambil kiasan surga yang berisi sungai-sungai mengalir, buah-buahan, juga bidadari. Ini adalah gambar dari keuntungan yang bakal diperoleh bagi orang-orang yang bersusah payah mengisi kehidupan dunia yang sementara ini dengan iman dan amal shalih,” ujar Guru Besar IAIN Palu itu dihadapan puluhan jamaah, Kamis Dini hari.

Selanjutnya, yang kedua, adalah motivasi ala budak atau buruh. Kata kunci dari dorongan beribadah ini adalah ketakutan. Seorang hamba menjalankan ibadah kepada Allah karena dibayang-bayangi ancaman akan siksaan api neraka.

“Bak seorang buruh yang takut majikannya, ia menunaikan tugas dalam rangka menghindari penderitaan di kehidupan kelak,” sebutnya.

Orang dengan motivasi ini biasanya beribadah untuk sekadar lepas status sebagai hamba durhaka. Adzab-adzab yang dipaparkan dalam kitab suci menjadi pemicu kuat mengapa ia harus melakukan ini dan menghindari itu.

Baginya manusia sudah terlanjur diciptakan dan kini manusia harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Konsekuensi dari pelanggaran atas kewajiban tersebut sudah sangat jelas, yakni siksa api neraka.

“Yang ketiga adalah motivasi orang ‘arif (mengenal Allah). Bagi orang jenis ini, beribadah adalah sebuah keniscayaan setelah menyaksikan betapa dahsyatnya karunia yang Allah berikan kepada alam semesta ini, setelah menghayati kebijaksanaan dan kemahasempurnaan Allah kepada makhluk-makhluknya,” ungkap mantan Rektor IAIN Palu itu.

Karena itu, yang menonjol dalam ibadah mereka adalah keikhlasan yang mendalam, bukan kenikmatan surgawi yang ia buru.

Menurut Prof Zainal, orang semacam ini tidak risau kalaupun harus ditempatkan di neraka. Bahkan, orang-orang seperti ini umumnya merasa tidak layak menerima ganjaran surgawi lantaran rasa fakirnya di hadapan keagungan Allah subhanahu wata’ala.

Usai melaksanakan I’tikaf dan sholat tasbih, para jamaah kemudian melanjutkan dengan sahur bersama hingga sholat subuh.

Silakan komentar Anda Disini….