PALU, Kabar Selebes – Suhu politik lokal Sulawesi Tengah menjelang pergantian kepemimpinan pada Pilkada Serentak 2020 untuk 9 kepala daerah (7 bupati, 1 walikota dan gubernur) mulai meningkat.
Hajatan lima tahunan itu sudah menyeruak di media sosial, warung-warung kopi, media-media lokal, kantor-kantor partai politik sampai ke akar rumput.
Komunikasi politik para elit partai politik daerah silih berganti dengan berbungkus buka puasa bersama. Silaturahmi politik itu hampir terjadi di semua level partai politik dan jadi ajang lobi-lobi untuk mencarin kecocokan arah pandang maupun mereka-mereka yang berniat bertarung.
Politisi kawakan Sulawesi Tengah H Longki Djanggola mengakui hal itu.
“Biasalah itu. Komunikasi itu pasti ada dari sesama stakeholder politik. Tentunya itu sangat mungkin dilakukan” kata Longki Djanggola, Rabu, 29 Mei 2019.
Sebagai ‘pucuk’ di partai besutan Prabowo Subianto, dia menyebut saat ini partainya akan menginventarisir kader-kader layak ‘jual’. Apakah itu untuk posisi calon bupati/wakil bupati, walikota/wakil walikota maupun di tingkat propinsi yaitu calon gubernur dan wakil gubernur.
“Gerindra terbuka dengan partai manapun untuk berkoalisi dan kita tidak akan ngotot apakah harus 01, tergantung potensi calon yang diusung” ujar Longki.
Begitupun untuk suksesi gubernur dan wakil gubernur, Longki sadar dengan perolehan 6 kursi di DPRD Sulawesi Tengah, mengharuskan ada koalisi agar memenuhi syarat minimal 9 kursi.
“Untuk memenuhi dan bisa mencalonkan pasti harus ada koalisi dengan partai-partai lain. Ada beberapa partai mulai melakukan pendekatan,” kata Longki.
Untuk kriteria calon gubernur mendatang, kataa Longki, masih lebih memperhatikan kemampuan mengelola pembangunan daerah. Kalau hanya elektabilitas mumpuni tapi tidak diikiti dengan kapasitas, rasa sulit juga.
Sejauh ini, kata Longki, partainya sudah menyiapkan beberapa nama yang menjadi bakal calon.
Menyinggung soal calon walikota Palu, Ketua DPD Partai Gerindra Sulawesi Tengah itu mengaku kalau salah satu nama yang bakal diajukan adalah putranya, Andi Rico Djanggola. “Tapi kembali lagi kepada dia. Apalagi zaman milenial sekarang ini, mereka sudah punya pilihan karir sendiri. Selain itu, tentunya harus melalui survei,” katanya.
Longki juga menekankan, calon gubernur mendatanh dari kalangan muda, maksimal berusia 50 tahun. Ini penting karena kondisi Sulawesi Tengah yang baru dilanda bencana alam tentu membutuhkan pemimpin yang energik dan cekatan dan kapasitas yang mumpuni.
“Kepada yang seumuran, kakak-kakak saya, yah sebaiknya tidak perlu lagi maju. Bukan berarti saya tidak sepakat tapi alangkah baiknya bila yang tampil memimpin dari kalangan muda,” ujar Longki.
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Amanat Nasional Sarifuddin Sudding juga merespons perhelatan pemilihan kepala daerah.
“Khusus calon gubernur, lebih cocok dari kalangan enterpreuner untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi Sulawesi Tengah,” kata beberapa waktu lalu.
Menurut anggota DPR RI daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu, kondisi Sulawesi Tengah yang baru dilanda bencana alam tentu membutuhkan pemimpin yang cekatan dan punya kemampuan membawa daerah ini cepat tumbuh sektor ekonominya. (patar)