SIGI, Kabar Selebes – Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) menyerahkan bantuan 320 bilik hunian sementara (huntara) untuk korban bencana gempabumi, tsunami dan likuifaksi Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Penyerahan dipusatkan di Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Kamis, 31 Januari 2019.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo menyebutkan total bantuan anggaran yang digunakan sebesar Rp 6 miliar dengan rincian pembangunan huntara sebesar Rp 5,4 miliar dan sisanya saat masa tanggap darurat
Penyerahan dilakukan Ketua Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Rusdi Amral kepada Sekretaris Kota Palu Asri L Sawayah dan Wakil Bupati Sigi, Paulina. Artis Opiek Andariesta dan gitaris Band Gigi Dewa Bujana mewakili Komunitas Gitaris Indonesia menyaksikan penyerahan huntara.
Wakil Bupati Sigi Paulina mengatakan pemerintah kabupaten Sigi masih membutuhkan sedikitnya 4.000 bilik huntara bagi masyarakat terdampak dan masih bertahan di tenda-tenda darurat.
“Kondisi tenda-tenda shelter tidak bisa bertahan lama. Sehingga diharapkan dukungan dati berbagai pihak untuk membangun huntara maupun hunian tetap,” kata Paulina.
Paulina mengapresiasi bantuan Dana Kemanusiaan Kompas yang merupakan sumbangan pembaca Harian Kompas maupun donasi dari musisi dan artis Indonesia, beberapa waktu lalu.
Kepada penerima manfaat, Paulina meminta agar menjaga huntara dengan sebaik-baiknya. “Tolong dijaga dengan baik, jaga kebersihan dan keamanan,” kata Paulina.
Apresiasi juga disampaikan Sekretaris Kota Palu Asri L Sawayah. Kota Palu kebagian 160 bilik huntara dan dibangun di Kelurahan Kabonena, Kecamatan Palu Barat.
Opick Andariesta maupun Dewa Bujana mengaku bantuan atau donasi itu dari teman-teman artis yang terkumpul dari konser beberapa waktu lalu. Donasi yang terkumpul diserahkan kepada Dana Kemanusiaan Kompas untuk disalurkan bagi korban bencana dI Sulawesi Tengah.
Salah satu penerima manfaat huntara, Safaria, 42 tahun, merasa sangat senang dan bersyukur adanya bantuan huntara. Selama dua bulan lebih menempati tenda darurat bantuan Rumah Senyum, tentu penuh masalah. Utamanya ketersediaan air dan mandi cuci kakus (MCK).
“Dalam sepekan dua kali pasokan air pakai truk tangki. Kadang juga tidak masuk,” kata Safaria.
Warga Desa Lolu yang rumahnya hancur di sekitar tanggul irigasi Gumbasa juga kehilangan usaha gorengannya. Padahal usahanya membantu suaminya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Suaminya, Slamet sehari-hari adalah petani penggarap.
“Sekarang suami dan saya kehilangan pekerjaan. Suami saya bisa dapat uang bila dapat ajakan bekerja bangunan,” kata Safaria. ( Patar)