Tutup
Nasional

Huntara Korban Gempa Sulteng Digunakan Mulai Desember 2018

781
×

Huntara Korban Gempa Sulteng Digunakan Mulai Desember 2018

Sebarkan artikel ini
Sejumlah pekerja membangun hunian sementara (huntara) di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (25/10/2018). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun 1.200 hunian sementara yang diperuntukan bagi korban gempa, tsunami dan pencairan tanah (likuifaksi) di Palu, Sigi dan Donggala. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/hp.
Sejumlah pekerja membangun hunian sementara (huntara) di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (25/10/2018). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun 1.200 hunian sementara yang diperuntukan bagi korban gempa, tsunami dan pencairan tanah (likuifaksi) di Palu, Sigi dan Donggala. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/hp.

JAKARTA, KabarSelebes.id – Sebanyak 1.200 Hunian Sementara (Huntara) saat ini sedang dalam proses pembangunan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan perumahan (PUPR).

Ditargetkan, Hunian sementara yang diperuntukan bagi korban terdampak gempa khsusnya Palu, Sigi dan Donggala itu dihuni mulai pertengahan Desember 2018.

“Sebanyak 1.200 unit huntara yang dibangun pada tahap pertama ini diproyeksikan dapat menampung 14.400 keluarga. Rencananya pertengahan Desember pengungsi sudah bisa masuk ke huntara,” kata Meneteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono melalui keterangan tertulis di jakarta, Kamis (25/10/2018) seperti dikutip dari Antaranews.com, Sabtu (27/10/2018).Hunian sementara korban gempa digunakan mulai Desember

Huntara dibangun dengan model “knockdown” berukuran 12×26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik di mana setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga.

Dilansir dari kumparan.com, Basuki menjelaskan, selama warga tinggal di huntara, pemerintah juga sedang menyiapkan kawasan baru dan membangun hunian tetap bagi para korban gempa dan tsunami. Lokasi tersebut merupakan lokasi baru yang jauh dari tempat terjadinya bencana, khususnya bagi warga yang rumahnya hancur akibat likuifaksi.

Saat ini kata Basuki, para pekerja bangunan terus berdatangan dari sejumlah kontraktor untuk membangun huntara.
“Tadi dari Waskita Karya ada 60an (pekerja) berarti hari Senin datang lagi dari Nindiya Karya juga begitu PP juga begitu jadi sambil mengajar tenaga lokal di sini. Kerjanya mungkin karena di dalam panas jadi sampai malam itu coba di cek saja , kalau malam saya pikir itu lebih produktif lah pekerja malam,” pungkas Basuki.

Sumber : antaranews.com/kumparan.com

Silakan komentar Anda Disini….