PALU, Kabar Selebes – Pada Pemilu serentak Tahun 2019 mendatang, untuk pertama kalinya di Indonesia akan dilaksanakan pemilu legislative bersamaan dengan pemilihan eksekutif dalam hal ini Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan kepala daerah di beberapa provinsi dan kabupaten/kota.
Tahun 2018 ini, Sulawesi Tengah termasuk diantaranya yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah di tiga kabupaten persis setahun sebelum digelarnya pemilu
serentak. Untuk itu, pemilihan ini membutuhkan parisipasi dari semua pihak agar berjalan lancar dan sesuai harapan.
Menanggapi hal itu, Ketua HMI Cabang Palu, Iman Sudirman mengatakan, Pemilu serentak yang merupakan ikhtiar pemenuhan nilai-nilai demokrasi di masyarakat Indonesia tentu semua menginginkan berjalan dengan baik, berkualitas dan berintegritas.
“Untuk mendapatkan pemilu yang berkualitas dan berintegritas,syaratnya adalah pemilu harus berjalan dengan damai, tidak dipanas-panasi oleh money politik, hoax,
apalagi jika hoax itu berbau SARA,dan juga pelanggaran-pelanggaran pemilu lainnya,” ujarnya.
Kata dia, belajar dari pengalaman sebelumnya baik pemilihan legislative, pemilihan kepala daerah juga pemilihan presiden dan wakil presiden banyak dibumbui sengketa pemilu, money politic, black campaign yang begitu terbuka dan mirisnya lagi banyak berita hoax berbau SARA di media-media social.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terulang atau boleh jadi bertambah mengingat sekarang ini konfrontasi pemilihan legislative akan bersamaan waktunya dengan pemilihan presiden dan wakil presiden.
Olehnya itu, dukungan dari semua elemen masyarakat termasuk didalamnya mahasiswa dan pemuda sangat di harapkan.
“Kami mengharapkan pemuda terkhusus mahasiswa aktif berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemilu. Dengan semangat independensinya kami sangat meyakini pemuda atau mahasiswa adalah komunitas yang paling berpotensial menjaga agar penyelenggaraan pemilu berlangsung dengan damai, berkualitas dan berintegritas. kemandirian yang dimiliki pemuda, mampu menolak dan menangkal money politic, sense of sociality yang dipunyai pemuda atau mahasiswa bisa mengajak masyarakat untuk aktif menggunakan hak politiknya,” tegasnya.
Tentu ini, lanjut dia, akan mengurangi golput. Dengan doktrin agen of changenya mahasiswa tentu akan menolak hal-hal yang akan menghambat kemajuan pembangunan terutama hal-hal yang mencederai Bhinneka Tunggal Ika. Majemuknya bangsa Indonesia memang seringkali menjadi objek-objek hoax berbau SARA dalam mendulang suara pada pemilu.
Olehnya itu sekali lagi pamuda terkhusus mahasiswa yang memiliki kekuatan fisik, dan keluangan waktu serta kemampuan intelektualnya yang mumpuni adalah kelompok yang mesti tampil terdepan menolak dan menangkal hoax-hoax atau black campaign berbau SARA, yang bisa menyulut terjadinya disintegrasi anak bangsa.
“Jika pemuda menjadi volunteer, maka pemilu serentak dan juga pilkada akan kita songsong dengan optimis berjalan dengan damai, berkualitas dan berintegritas tentu juga kita berharap profesionalitas dari penyelenggara, pengawas, juga kepolisian.” Tandasnya. (Sarifah Latowa)