MOROWALI, KabarSelebes.com – Warga 12 desa lingkar tambang di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, didorong untuk menjadi wirausahawan atau produsen ayam kampung super. Pasalnya, dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, secara otomatis juga mendorong kebutuhan protein hewani. Salah satu yang paling mudah dijangkau adalah protein unggas dalam hal ini ayam kampung super.
Mewakili Manajer Comdev/CSR yang berhalangan hadir, Koordinator Community Relation Departemen Eksternal PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Thomas Deni Bintoro mengatakan hal tersebut saat memberi sambutan pada acara panen perdana ayam kampung super hasil budidaya yang dilakukan tim Comdev/CSR PT IMIP di Desa Lele, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
“Tujuan utama dari program budidaya ini adalah manajemen PT IMIP mengharapkan masyarakat termotivasi untuk membuka usaha budidaya ayam kampung super. Jika berminat, kami siap untuk berbagi ilmu dan pengetahuan,” katanya.
Dalam acara panen perdana tersebut, sejumlah kepala desa dan puluhan warga 12 desa Lingkar Tambang di Kecamatan Bahodopi hadir dan terlihat antusias.
Penanggung jawab program budidaya peternakan/pertanian Divisi Comdev/CSR PT IMIP, Josua Tarigan mengatakan, masih banyak warga yang mengira budidaya ayam kampung super kurang lebih sama dengan ayam kampung biasa yang masa pemeliharaan hingga panennya bisa mencapai delapan hingga sembilan bulan. Padahal, dengan teknik budidaya modern masa pemeliharaan hingga panen ayam kampung bisa lebih dipersingkat.
“Dari uji coba yang kami lakukan terhadap 1.000 ekor DOC (day old chick) ayam kampung super sejak pemeliharaan hingga panen pada hari ini, hanya membutuhkan kurang lebih 10 minggu atau dua setengah bulan. Jauh lebih cepat dibanding ayam kampung biasa yang pemeliharaannya tidak memakai system budidaya,” katanya.
Selain masa pemeliharaan lebih singkat, biaya pemeliharaan ayam selain cukup efesien juga terukur. Misalnya untuk pemberian pakan. Dalam program budidaya ini, kata Josua, pihaknya tidak bergantung pada pakan pabrik tetapi juga memanfaatkan potensi yang ada di sekitar lokasi budidaya.
“Kami juga memberikan daun pepaya, daun pisang, daging buah kelapa, semangka dan jagung giling sebagai pakan tambahan untuk ayam,” ujar Josua.
Jika ditotal, biaya produksi satu ekor ayam mulai dari masa DOC hingga panen hanya sebesar kurang lebih Rp. 40 ribu – Rp. 45 ribu. Sementara harga jual ayam kampung super di pasaran bisa mencapai dua kali lipat dari biaya produksi
Mewakili Kepala Dinas pertanian dan Peternakan Pemerintah Kabupaten Morowali, Kabid Peternakan, Faidil mengatakan, pihaknya sangat mendukung dan mengapresiasi program percontohan budidaya peternakan ayam kampung dilakukan PT IMIP.
Pasalnya, selain kebutuhan protein hewani meningkat, potensi pasar untuk menjual hasil panen juga terbuka lebar. “Selain jumlah penduduk terus bertambah, berdiri dan beroperasinya sejumlah perusahaan di daerah ini juga memberi andil semakin naiknya kebutuhan protein hewani khususnya ungags,” kata Faidil.
Ke depan, kata Faidil, pihaknya mengharapkan PT IMIP mau menularkan dan menyosialisasikan ilmu serta pengetahuannya terkait budidaya ayam kampung super ini kepada warga khususnya yang berada di 12 desa lingkar tambang Kecamatan Bahodopi.
“Kami juga berharap ke depannya pihak PT IMIP bisa membuat program mengenai teknik budidaya sapi untuk membantu program Pemerintah Kabupaten Morowali yang ingin menjadikan daerah ini sebagai sentra peternakan sapi potong,” katanya.
Dalam kegiatan panen perdana tersebut, pihak PT IMIP juga membagikan sejumlah ayam kampung super hasil budidaya kepada tamu undangan yang datang.(DD/ABD)