JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI Ahmad M Ali, menyayangkan impor LNG untuk pasokan PLN oleh Pemerintah Indonesia dari perusahaan minyak dan gas (migas) asal Singapura, Keppel Offshore & Marine LNG.
“Awalnya kita mengira ini hanya sekedar rencana semata, mengingat besarnya Kargo LNG kita yang tidak laku setiap tahunnya. Jika memang benar ada kontrak impor LNG dengan Keppel sebuah perusahaan Singapore, itu sangat disayangkan,” kata Ahmad M Ali, (10/9/2017).
Menurut Ahmad M Ali, harga mungkin bisa jadi pertimbangan pemerintah karena kabarnya, perusahaan tersebut menawarkan harga sekitar USD3,8 per mmbtu. “Mungkin kalau logikanya b to b, bisa jadi cocok dengan harga itu karena memang terbilang murah. Tetapi pemerintah harus ingat bahwa PLN adalah perusahaan negara yang harusnya bisa saling mengisi dengan pertamina, terutama membeli Kargo LNG dalam negeri,” terangnya.
Ahmad menjelaskan, menangani masalah energi tidak bisa sekedarnya saja, apalagi dalam kacamata bisnis mengandalkan peran Kartel dan broker. Mesti ada skema yang padu dan terintegrasi lewat roadmap industrialisasi nasional.
“Banyak cara, bisa dengan bangun City Gas, pemukiman dapur berbasis gas, konversi bahan bakar untuk nelayan, listrik industri UMKM misalnya, semua itu memungkinkan,” terangnya.
Lanjut Ahmad, PLN sebagai perusahaan listrik negara dapat menjadi mitra strategis dengan pertamina untuk mendorong lahirnya kawasan industri berbasis energi gas.
Data Kementerian ESDM menyebutkan 2014 kargo tidak terserap mencapai 22 kargo, rinciannya 16 kargo diekspor dan sisanya untuk domestik, 2015 pun demikian, kargo tidak terserap sebesar 66, rinciannya 60 kargo diekspor dan 6 kargo untuk dalam negeri.
“Sedangkan tahun 2016 juga ada 66,6 kargo tidak terserap, rinciannya 43 kargo diekspor dan 23,6 kargo untuk dalam negeri. Ini kan aneh dan ajaib, kargo dalam negeri tidak terserap kita malah impor,” tandas Ahmad.
Diperkirakan, data ESDM menunjukan jika tidak ada permintaan terhadap LNG dalam negeri, angka tersebut terus bertambah hingga 2035 dengan rata-rata jumlahnya mencapai 50-60 kargo per tahun. ***