KABAR SELEBES – Bulan September 2018 ini adalah momentum yang sangat berharga bagi seluruh kaum Tani Indonesia. Pada tanggal 22 – 27 September nanti di Gedung Merdeka
Bandung, akan dilaksanakan sebuah pertemuan besar bernama Global Land Forum (GLF), dengan tema “United for Land Rights, Peace and Justice”. Kota Bandung akan dibanjiri sekitar 900 orang perwakilan dari kurang lebih 77 negara yang terdiri atas organisasi pembangunan internasional, badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
lembaga pemerintahan, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil.
“Pelaksanaan forum pertanahan terbesar di dunia ini di Kota Bandung, segera mengundang semangat Konferensi Asia Afrika pertama di dunia tahun 1955. Dan, bagi kaum tani se-Indonesia haruslah menyambutnya dengan gegap gempita, karena pelaksanaan GLF tahun ini bertepatan dengan momentum Hari Tani Nasional pada tanggal 24 September, yakni hari lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria 1960,” kata Koordinator Serikat Tani Pembela Tanah Air (STPTA) Kabupaten Banggai Eva Bande dalam keterangan tertulis, Minggu.
Menurut Eva Bande, Indonesia adalah negara ke-8 penyelenggara GLF setelah berturut-turut dimulai di Roma, Italia (2003), Santa Cruz, Bolivia (2005), Entebbe, Uganda (2007), Kathmandu, Nepal (2009), Tirana, Albania (2011), Antigua, Guatemala (2013), dan Dakkar, Senegal (2015), dan kini di Bandung, Indonesia (2018).
Lanjut dia, kaum yani Indonesia harus mengapresiasi upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh KPA sebagai tuan rumah yang telah berhasil memboyong acara ini di kota Asia-Afrika ’55 Bandung ditepatkan dengan momentum Hari Tani Nasional 24 September 2018. “Kita juga harus menghargai Kantor Staf Presiden (KSP) yang memberi dukungan penuh pada kegiatan besar ini, sehingga International Land Coalition (ILC) sebagai penyelenggaranya memperoleh keleluasaan dalam mengorganisasikan semua urusan teknis hingga politis bersama para penggerak reforma agraria di Indonesia,” ujarnya.
Eva juga menyampaikan, Serikat Tani Pejuang Tanah Air Kabupaten menyerukan kepada seluruh kaum tani serta seluruh rakyat Indonesia yang menggantungkan hidup kesehariannya dari tanah, untuk merayakan momentum Hari Tani 24 September nanti dengan gegap gempita.
“Kepada Pemerintah Republik Indonesia, kami menaruh harapan yang sangat besar, kiranya kekurangan-kekurangan yang selama ini ditunjukkan dalam pelaksanaan reforma agraria, melalui momentum yang disaksikan oleh perwakilan 77 negara-negara dari berbagai elemen, hendaklah meneguhkan sikap untuk secara serius dan konsisten menyelesaikan persoalan-persoalan agraria yang dihadapi kaum tani, memberhangus semua kebijakan-kebijakan pertanahan yang merugikan kaum tani, dan melaksanakan reforma agraria sejati di Indonesia,” katanya lagi.
Tambah Eva, kita semua yang masih bersetia dalam perjuangan menegakkan hak-hak atas tanah bagi rakyat semestinyalah menjadikan momentum ini sebagai peringatan bagi semua, bahwa tanah adalah isu kita bersama, karena dari sanalah segala sesuatunya bersumber, baik untuk hidup, bertahan, dan meneruskannya. Dari sana pula persoalan-persoalan kemanusiaan yang kita kawal selama ini bermula.(***/ptr)
Eva Bande (facebook)