LUWUK, Kabar Selebes – Upaya perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, memberikan perhatian khusus kepada 10 desa yang diketahui mempunyai prevalensi cukup tinggi terkait penderita ‘stunting’ atau gangguan pertumbuhan pada anak yang menyebabkan tubuhnya pendek.
Upaya ini merupakan komitmen Dinkes Banggai untuk menyukseskan program pemerintah pusat dalam menuntaskan kasus stunting pada 100 kabupaten/kota prioritas, salah satunya adalah Kabupaten Banggai.
“Kami kini memelototi 10 desa itu untuk terus menekan angka penderita stunting,” kata DR. dr. Anang Otoluwa, Sabtu (8/9).
Dinkes tengah bekerja sama dengan Universitas Hasanudin untuk melakukan pendataan penderita stunting di Kabupaten Banggai. Hasilnya, baru sampai 8 desa. Diantaranya Desa Dondo Soboli dengan penderita 7 orang, Balanga 11 orang, Koili 6 orang, Jayabakti 53 orang, Boitan 1 orang, Laontos 17 orang, Indang Sari 14 orang, Mantan B, 2 orang, Bolobungkang 7 orang, dan Batu Simpang 10 orang. Totalnya mencapai 128 anak.
Angka tersebut jauh menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013. Berdasar rilis Sekretariat Negara, di Kabupaten Banggai, jumlah balita stunting saat itu mencapai 11.728 dengan prevalensi stunting 35,39 persen.
Menurut dia, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan stunting. Salah satunya kemiskinan. Kemudian, kekurangan gizi saat bayi berada di kandungan, dan pola asuh yang salah. “Saat mengandung gizinya tidak mencukupi, menyusui dini tidak bagus, otomatis stunting. Menyusui kan sampai dua tahun,” katanya.
Dinkes saat ini tengah menyusun tentang ASI ekslusif dan IMD (insiasi menyusui dini). Aturan itu nantinya diharapkan bisa mendorong peran seluruh lembaga pemerintah maupun swata untuk mencegah terjadinya stunting. (Emay)