Tutup
AdvetorialBuya Muhammad J Wartabone

Buya Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., S.E., M.H.I.: dari Bencana Likuifaksi Menuju Senayan di Jakarta

×

Buya Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., S.E., M.H.I.: dari Bencana Likuifaksi Menuju Senayan di Jakarta

Sebarkan artikel ini
Muhammad J Wartabone bersama Keluarga

PALU, Kabar Selebes Jumat, 28 September 2018, menjelang magrib, Muhammad J. Wartabone selesai melaksanakan rapat pelaksanaan zikir akbar bersama Hj. Nilam Sari Lawira, Hj. Maimun Lawira, H. Nius Paruki, Andriansyah Mahid, serta sejumlah peserta lain di Kantor Yayasan Insan Cita Indonesia. Ketika sedang bersiap melaksanakan salat magrib, gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter mengguncang Provinsi Sulawesi Tengah. Sadar akan kekuatan gempa yang sangat dahsyat itu, bersama anak pertamanya (Syekh Madika Wartabone) dan keponakannya (Aditya Warta Merdeka), Muhammad J. Wartabone bergegas pulang ke rumahnya di Kelurahan Petobo, Kota Palu.

Ketika tiba di lokasi rumahnya, Muhammad J. Wartabone tersadar bahwa gempa bumi yang sebelumnya ia rasakan bukan bencana biasa. Ia kesulitan untuk sampai di lokasi rumahnya, karena akses menuju lokasi terputus oleh timbunan lumpur dari bencana likuifaksi. Kelurahan Petobo merupakan lokasi likuifaksi dengan kondisi terparah di Kota Palu.

Advertising

Dalam kondisi tidak adanya akses jalan dan malam yang gelap gulita akibat listrik yang ikut padam, dengan susah payah, Muhammad J. Wartabone berjalan kaki menuju kediamannya. Ia tidak menyangka bahwa rumahnya, rumah kedua orang tuanya, bangunan sekolah Islamic Center, beserta pesantren yang sedang ia rintis ikut hancur dan tak lagi berbentuk.

Malam itu, tidak satupun anggota keluarganya yang ia temukan di lokasi. Muhammad J. Wartabone baru menemukan dengan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya, pada keesokan harinya, Sabtu, 29 September 2018. Saat itulah ia diberi tahu bahwa salah seorang anaknya, Andi Ajwa Wartabone, hilang pada saat becana. Keluarganya mengkisahkan bagaimana kronologi hilangnya Andi Ajwa Wartabone.

Andi Ajwa Wartabone yang pada saat itu berusia 7 tahun sedang berada di rumah bersama ibunya, kedua adiknya (Sutan Maher Muhammad Wartabone [6 tahun] dan Andi Balvir Al Fatani Wartabone [3 tahun]), dan seorang anak berusia 15 tahun, bernama Elan, yang ikut tinggal di rumah mereka.

Ketika gempa bumi terjadi, istri Muhammad J. Wartabone, Nur Rahmi Hikma Djalali, segera menyelamatkan diri dengan membawa serta ketiga anaknya dan Elan. Melihat kondisi tanah yang mereka lalui terbelah-belah dan lumpur likuifaksi sedang mengalir, mereka melarikan diri ke arah barat untuk menyelamatkan diri. Seketika, tanah di sekitar mereka berdiri ikut terbelah. Bersama Elan, Andi Ajwa Wartabone lantas terpisah dari ibu dan kedua adiknya.

Dalam keterpisahan tersebut, istri Muhammad J. Wartabone terus berzikir dan memanjatkan doa agar terselamatkan dari musibah. Atas izin Allah swt., istri Muhammad J. Wartabone beserta kedua anaknya tiba-tiba berada di atas atap bangunan yang telah runtuh namun tidak ikut tersapu oleh lumpur likuifaksi. Tanpa disangka, dalam pelarian untuk menyelamatkan diri itu, salah seorang anaknya, Sutan Maher Muhammad Wartabone, membawa ponsel di dalam genggamannya. Dengan ponsel itulah ia menghubungi ayahnya, Muhammad J. Wartabone, dan mengabarkan bahwa mereka terselamatkan dari bencana.

Istri dan kedua anak Muhammad J. Wartabone tetap bertahan di lokasi mereka hingga pagi tiba. Bersama masyarakat yang selamat dari becana gempa bumi dan

likuifaksi di Kelurahan Petobo, mereka lantas berjalan ke arah selatan menyusuri timbunan lumpur dan rumah-rumah yang telah luluh-lantak hingga tiba di Jalan Karanja Lembah, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Di lokasi inilah Muhammad J. Wartabone bertemu dengan istri dan anak-anaknya yang selamat dari bencana.

Dari Jalan Karanja Lembah, Muhammad J. Wartabone melanjutkan pencarian untuk menemukan anaknya, Andi Ajwa Watabone, dan ibundanya, Hajjah Lise S. Buu Sura. Dalam pencarian ini, ibunda Muhammad J. Wartabone berhasil diselamatkan dari dalam rumah yang hancur dan terseret aliran lumpur likuifaksi oleh lima orang warga Kelurahan Petobo, antara lain H. Haerul Bukhari, H. Mude Kalla, H. Nurdin, Heriyanto, dan Muhammad Fadil. Mereka lalu mengantarkan Hajjah Lise S. Buu Sura ke Puskesmas Bulili sebelum diantarkan ke pengungsian korban gempa yang terletak di Jalan Dewi Sartika, Kota Palu. Setelah menemukan ibundanya, adik-adik, dan anggota keluarganya, Muhammad J. Wartabone mengumpulkan mereka beserta istri dan anak-anaknya untuk tinggal bersama- sama di salah satu tenda darurat di lokasi pengungsian yang berada di Desa Loru, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.

Dua hari berselang sejak pertemuannya dengan istri, anak-anak, dan ibundanya, pada Hari Senin, Muhammad J. Wartabone menemukan Elan. Akan tetapi, ia tidak lagi bersama dengan Andi Ajwa Wartabone. Berdasarkan keterangan dan kesaksian dari tujuh orang warga yang tinggal di pengungsian Ngata Baru, Andi Ajwa Wartabone berhasil diselamatkan oleh seorang bapak. Namun, sayang, ketujuh saksi tersebut tidak sempat menanyakan nomor kontak bapak tersebut.

Pencarian Andi Ajwa Wartabone terus dilakukan. Selain membagi-bagikan selebaran tentang anak hilang dan mencari di lokasi-lokasi pengusian di Sulawesi Tengah, pencarian diperluas hingga ke lokasi pengungsian koban gempa yang berada di Belawa, Sidrap, Makassar, dan di Kota Balikpapan. Tentu saja Muhammad J. Wartabone tidak sendiri di dalam pencarian ini. Ia mengakui, banyak pihak di luar keluarganya yang juga ikut terlibat. Untuk itu, ia tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Dari sekian banyak pihak yang terlibat, salah seorang yang turut berperan penting di dalam pencairan ini adalah Dokter TNI Angkatan Udara, dr. Dwi Arie Chandra S. Dokter inilah yang memerintahkan Letnan Saiful untuk menemani Muhammad J. Wartabone melakukan pencarian Andi Ajwa Wartabone di pengungsian di Kota Balikpapan. Di sini, Muhammad J. Wartabone juga ditemani oleh sepupunya yang juga cucu dari Pahlawan Nasional RI, Nani Wartabone, yaitu Mohammad Akbar Wartabone.

Selebaran pencarian Andi Ajwa Wartabone sebagai bagian dari ikhtiar ayahnya, Muhammad J. Wartabone, pasca bencana alam di Sulawesi Tengah, tahun 2018

Terkait Andi Ajwa Wartabone yang hingga saat ini belum ditemukan, Muhammad J. Wartabone beserta keluarganya masih menyakini bahwa nyawa buah hatinya ikut terselamatkan dari bencana dahsyat pada tahun 2018. Sembari tetap memelihara keyakinan akan kekuasaan Allah swt. yang melampaui kekuasaan apapun di muka bumi ini, Muhammad J. Wartabone senantiasa berupaya untuk menemukan hikmah di balik berat cobaan becana alam di Provinsi Sulawesi Tengah yang harus ia hadapi. Muhammad J. Wartabone meyakini bahwa Allah swt. tidak pernah membebankan ujian kepada hamba-Nya yang melampaui batas kemampuan hamba tersebut. Nas Alquran yang termaktub di dalam Surat al- Baqarah ayat ke-286 senantiasa dijadikan pegangan oleh Muhammad J. Wartabone setiap kali dihadapkan pada ujian yang, boleh jadi, bagi orang lain dipandang telah melampaui batas kewajaran. Oleh sebab ayat itulah, Muhammad J. Wartabone tidak pernah berputus asa dan berhenti memohon Kasih Sayang dan Keridaan Allah swt. agar senantiasa menyertai langkahnya.

Dalam segala keterbatasan dan ujian berat yang belum usai pasca bencana alam di Pronvisi Sulawesi Tengah, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Muhammad J. Wartabone memantapkan hatinya untuk terus memperjuangkan kemaslahatan bagi masyarakat. Pada perhelatan Pemilihan Umum 2019, ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai salah seorang kandidat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mewakili masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah.

Keputusan Muhammad J. Wartabone untuk ikut dalam kompetisi politik di skala nasional merupakan lompatan yang tidak lazim, mengingat karir politiknya sebelum itu terbatas pada skala Kota/Kabupaten. Meski demikian, dalam pandangan Muhammad J. Wartabone, selama niat untuk kebaikan dibarengi dengan fokus dan kerja keras yang tersusun secara sistematis, Allah swt. tentu akan melihat serta menciptakan sebab-sebab yang mendorong bagi terwujudnya niat baik tersebut. Di sini, sebagai pribadi yang senantiasa menjaga karakter santri dalam jiwanya, Muhammad J. Wartabone jelas tidak sedang berhipotesis tanpa dalil, karena pandangannya di atas, pada dasarnya, merupakan pemahaman yang didasarkan pada ungkapan Imam ‘Ali Karrama Allah Wajhah yang pernah menyatakan bahwa kebenaran yang tidak diperjuangkan secara sistematis akan kalah dengan kebatilan yang sistematis (al-haqq bila nizham yaghlibuhu al-bathil bi nizham).

Berbekal keyakinan di atas berikut strategi politik yang ia susun bersama Ikatan Persaudaraan Perubahan Indonesia (IP2I), Muhammad J. Wartabone berhasil mendapatkan 125.432 suara sebagai wujud kepercayaan dan amanah dari masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah untuk berjuang di Pusat Pemerintahan RI.

Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., M.H.I., secara resmi ditetapkan sebagai salah seorang dari empat anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI terpilih dari Provinsi Sulawesi tengah untuk periode 2019-2024 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Tengah Nomor

560/PL/01/8 KPT/72/PROV/V/2019. Muhammad J. Wartabone kemudian secara sah dilantik sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah mewakili Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 98/P Tahun 2019 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 September 2019. (adv)

Silakan komentar Anda Disini….