Tutup
AdvetorialBuya Muhammad J Wartabone

Buya Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., S.E., M.H.I.: Dari Ruang Kelas sebagai Guru dan Dosen

×

Buya Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., S.E., M.H.I.: Dari Ruang Kelas sebagai Guru dan Dosen

Sebarkan artikel ini
Muhammad J. Wartabpne

PALU, Kabar Selebes – Bagian yang juga perlu untuk digarisbawahi pada masa awal pembentukan karir Muhammad J. Wartabone di Kota Palu adalah aktifitasnya sebagai guru. Sejak tahun 1998 hingga 2002, selain menjadi risma, Muhammad J. Wartabone telah diberikan kepercayaan sebagai guru di Madrasah Tsanawiyah (MTs) SIS Aljufrie di Kelurahan Tatura Utara. Di madrasah ini, ia mengajar mata pelajaran Bahasa Arab dan Fikih.

Pada tahun 2000, sambil mengajar di MTs SIS Aljufrie, Muhammad J. Wartabone diminta untuk terlibat sebagai salah seorang pengasuh di Pesantren IQRA, Kota Palu. Di sini, membimbing para santri selama empat tahun (2000-2004) sembari mengajar di dua sekolah lainnya, yaitu di Sekolah Menengah Kejuruan dan STM Bina Potensi, Kota Palu.

Advertising

Muhammad J. Wartabone tampak menikmati perannya sebagai guru dan sulit dipisahkan dari aktifitas transfer pengetahuan. Terbukti, meski telah disibukkan dengan beragam aktifitas rutin sebagai Anggota DPRD Kota Palu, ia masih menyempatkan diri untuk berbagi pengetahuan dengan mengajar pada almamaternya, Stisipol Panca Bhakti. Di kampus ini, Muhammad J. Wartabone pernah dipercaya sebagai dosen pengampu mata kuliah HAM dan Pembangunan.

Pengalaman berinteraksi di ruang kelas dengan siswa dan mahasiswa merupakan pengalaman yang berharga bagi Muhammad J. Wartabone. Meski pada awalnya hanya memahami aktifitas pendidik sebagai bagian dari ajaran Nabi Muhammad saw., dalam perkembangannya, Muhammad J. Wartabone menyadari bahwa aktifitas mengajar ikut menjadi bekal tersendiri baginya, yaitu kemampuan dalam menyampaikan gagasan, baik secara lisan maupun tulisan, kepada beragam kelompok masyarakat.

Pengalaman sebagai guru dan dosen juga memberikan wawasan tersendiri pada diri Muhammad J. Wartabone bahwa pendidikan merupakan faktor penentu utama dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia, khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah. Pengetahuannya tentang ajaran Islam yang tidak membeda-bedakan antara pendidikan agama dan pendidikan non agama atau dimesi duniawi dan ukhwari turut berkontribusi hingga Muhammad J. Wartabone memiliki kesadaran tentang makna dari dimensi-dimensi pendidikan. Dalam konteks ini, ia berpandangan bahwa pendidikan agama dan non agama pada dasarnya tidak terpisahkan, melainkan bersifat komplementer atau saling melengkapi.

Allah swt., telah menganugerahkan kepada manusia nalar dan kitab suci secara bersamaan. Kedua anugerah ini hanya dapat dipelihara melalui keseimbangan antara pendidikan agama serta pendidikan umum yang berbasis pada temuan- temuan sains serta teori-teori sosial dan humaniora. Dalam perjalanannya, seperti yang akan terbaca nanti, prinsip saling melengkapi antara ilmu-ilmu agama dan umum ini menjadi dasar bagi visi politik Muhammad J. Wartabone. Paling kurang, Muhammad J. Wartabone telah membuktikan implementasi prinsip tersebut lewat dukungan dalam proses alih status Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu dalam kapasitasnya sebagai senator yang mewakili aspirasi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah di pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Dalam pandangan Muhammad J. Wartabone, alih status perguruan tinggi di atas sangat diperlukan oleh masyarakat di Sulawesi Tengah mengingat pendidikan pada level universitas memungkinkan keterpaduan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Selain memberikan banyak pilihan program studi, harapan untuk menciptakan generasi muda di Sulawesi Tengah yang memiliki kompetensi intelektual dan spiritual semakin mudah untuk diwujudkan. Atas kontribusi tersebut, Muhammad J. Wartabone kini tercatat sebagai salah seorang Anggota Dewan Penyantun di Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu.(adv)

Silakan komentar Anda Disini….