Tutup
AdvetorialBuya Muhammad J Wartabone

Buya Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., S.E., M.H.I.: Sanad Ilmu yang Bersambung Melalui Ulama Terkemuka di Tanah Air

×

Buya Dr. H. Muhammad J. Wartabone, S.Sos., S.H., S.E., M.H.I.: Sanad Ilmu yang Bersambung Melalui Ulama Terkemuka di Tanah Air

Sebarkan artikel ini
Al-Habib ‘Idrus bin Salim al-Jufri (Guru Tua) (Lahir di Taris, Yaman Selatan, pada 15 Maret 1892 dan Wafat di Palu, Provinsi Sulawesi Tengah pada 22 Desember 1969)

PALU, Kabar Selebes – Sebagai salah seorang putra dari murid Guru Tua yang mengabdikan seluruh hidupnya demi menyebarkan ajaran agama di tengah-tengah umat Islam di Sulawesi Tengah, Muhammad J. Wartabone telah terbiasa dengan dasar-dasar ajaran agama sejak usia dini. Beranjak remaja, Muhammad J. Wartabone memulai pendidikan formalnya pada Madrasah Ibtidaiyah Alkhairaat Kulawi yang didirikan oleh ayahandanya, Jarudin bin Lamacca Wartabone, bersama dengan Ustaz H. Sa’id bin ‘Awadh ‘Abdun.

Setelah menamatkan pendidikannya di madrasah tersebut, Muhammad J. Wartabone didaftarkan oleh ayahnya untuk nyantri di Pondok Pesantren Alkhairaat Dolo yang juga diasuh oleh murid Guru Tua yang berasal dari Bungku, Kabupaten Morowali, yakni Ustaz K.H. Syu’aib Bandera.

Advertising
Ustaz K.H. Syu’aib Bandera (Lahir di Bungku, Provinsi Sulawesi Tengah, pada 16 April 1942 dan wafat di tempat yang sama pada 5 September 2001)

Ketika nyantri di Pesantren Alkhairaat Dolo, Muhammad J. Wartabone seringkali diajak oleh Ustaz K.H. Syu’aib Bandera (w. 2001) untuk ikut berkumpul di tengah keluarganya. Mengingat Ustaz K.H. Syu’aib Bandera menikah dengan Hj. Zainab Latopada, Muhammad J. Wartabone terbiasa berkumpul dengan keluarga besar Latopada yang pada umumnya bermukim di Desa Kotarindau, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Ustaz K.H. Muhammad Amin Lasawedi (Lahir di di Kabupaten Tojo Una Una, Provinsi Sulawesi Tengah, pada 14 April 1914 dan wafat di tempat yang sama pada 11 Agustus 2000)

Setelah menamatkan pendidikan agama di Pesantren Alkhairaat Dolo, Muhammad J. Wartabone secara rutin menimba ilmu agama secara personal kepada kolega ayahnya sebagai sesama murid Guru Tua, yakni Ustaz K.H. Muhammad Amin Lasawedi (w. 2000), yang berasal dari Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah.

Untuk menambah bekal pengetahuan agama yang telah ia dapatkan di Pesantren Alkhairaat Dolo, Muhammad J. Wartabone dibawa oleh ayahnya ke Kota Malang, Jawa Timur, untuk melanjutkan pendidikan pada Pesantren Daruttauhid Malang yang didirikan oleh al-Ustadz al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun (w. 2002).

Al-Ustadz al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun (Lahir di Pelawa, Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah pada 19 November 1935 dan wafat di Malang, Jawa Timur, pada 1 Mei 2002)

Al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun merupakan “titik kumpul” dari otoritas keagamaan milik sejumlah ulama terkemuka, khususnya dari kalangan habaib, di Indonesia pada abad ke-20. Dilahirkan dan menghabiskan masa kanaknya di Desa Pelawa, Kecamatan Parigi, Provinsi Sulawesi Tengah, al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun merupakan salah seorang murid kesayangan dari Guru Tua ketika masih menimba ilmu agama di Madrasah Alkhairaat.

Al-Habib ‘Idrus bin Salim al-Jufri (Guru Tua) (Lahir di Taris, Yaman Selatan, pada 15 Maret 1892 dan Wafat di Palu, Provinsi Sulawesi Tengah pada 22 Desember 1969)

Setelah menempa pengetahuan di Madrasah Alkhairaat, atas izin dari Guru Tua, al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyyah di Kota Malang, Jawa Timur, di bawah asuhan ulama quthb dan ahli hadis, al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih (w. 1962), dan anaknya, al-Habib ‘Abdullah bin ‘Abdul Qadir Bilfaqih. Di samping berguru secara khusus (takhashshush) kepada dua ulama ini, al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun juga dipercaya untuk mengajar di Pesantren tersebut.

Al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih
Al-Habib ‘Abdullah bin ‘Abdul Qadir Bilfaqih

Selama di Jawa, al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun juga menimba ilmu dari dua ulama terkemuka lainnya, yakni al-Habib Shalih bin Muhsin al-Hamid (w. 1976) dan al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki (w. 2004). Setelah menimba ilmu serta memperkaya pengalamannya dengan mengajar pada Pesantren Darul Hadits al- Faqihiyyah dan Pesantren al-Ma’had al-Islami di Kabupaten Bondowoso, al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun mendirikan pesantrennya sendiri, yaitu Pesantren Daruttauhid di Kota Malang. Di pesantren inilah Muhammad J. Wartabone menimba ilmu agama dan mengikatkan sanad ilmunya pada al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun melalui para guru beliau yang berasal dari para ulama-ulama terkemuka yang memiliki sanad ilmu yang bersambung hingga kepada Rasulullah, Nabi Muhammad saw.

Al-Habib Shalih bin Muhsin al-Hamid

Al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki

Pendidikan agama yang dijalani oleh Muhammad J. Wartabone di Pesantren Daruttauhid berlangsung sejak tahun 1992 hingga tahun 1998. Semasa di pesantren ini, Muhammad J. Wartabone juga menimba ilmu tentang sirah atau sejarah kehidupan Rasulullah SAW. dari Habib Husayn bin Shalih al-Muhdhar yang berasal dari Situbondo, Jawa Timur.

Al-Habib Husayn bin Shalih al-Muhdhar

Sembari nyantri di Daruttauhid, Muhammad J. Wartabone juga secara rutin bersilaturahim sekaligus belajar kepada al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al- Habsyi di Kota Malang. Oleh masyarakat Malang dan umat Islam yang mengikuti kisah-kisah kemuliaan para awliya`, beliau dikenal sebagai salah seorang wali Allah yang diberikan kemampuan untuk melihat masa depan (kasysyaf). Dari beliau, Muhammad J. Wartabone menuai nilai-nilai spiritualitas Islam (tasawuf) tentang pentingnya menjaga keikhlasan, senantiasa bersikap rendah hati (tawadhu’), dan mengabdikan seluruh hidup semata-mata karena Allah swt.

Al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi (Lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur [NTT], pada 1896 dan wafat di Malang, Jawa Timur, pada 1997)

Al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi adalah putra dari pernikahan al- Habib ‘Abdul Qadir dengan putri bangsawan Flores, NTT, yakni Khadijah. Nasabnya bersambung hingga kepada Rasulullah saw. melalui pernikahan antara Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatuna Fathimah al-Zahra. Nama lengkap beliau beserta silsilah nasabnya adalah al-Habib Muhammad bin Abdul Qadir bin Jadid bin Ahmad bin Isa bin Ahmad bin Ja’far bin Ahmad bin Zein bin Alwi bin Ahmad Shohibus Syi’ib bin Muhammad Al-Asghor bin Alwi bin Abibakar Al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Al-Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Khola’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Al-Imam Masyariqil Wal Maghorib Ali bin Abi Thalib suami Sayyidah Fatimah Az-Zahra Al-Batul binti Rasulullah saw.

Ibunda al-Habib Muhammad wafat ketika ia masih kecil. Oleh ayahnya, al-Habib Muhammad lantas dikirim ke Hadhramawt, Yaman, untuk menimba ilmu pengetahuan agama dari para ulama terkemuka setempat. Aktifitas ini beliau jalani hingga dewasa. Ketika ilmunya dianggap telah cukup, al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi kembali ke tanah kelahirannya, Flores, NTT. Di kota yang berada di bagian Timur Indonesia ini beliau menikah dengan Hubabah Lu’lu’ binti ‘Ali Fad’aq.

Al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi bersama istri, Hubabah Lu’lu’ binti ‘Ali Fad’aq

Saat menetap di Flores, NTT, al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi dikenal sebagai ulama terpandang pada zamannya. Beliau tidak hanya dihormati oleh masyarakat setempat, melainkan juga oleh penjajah. Berdasarkan keterangan dari putrinya, begitu segannya sehingga tentara Jepang yang terkenal bengis tidak berani untuk mengganggu beliau. Oleh sebab itu pula, oleh Jepang, al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi dijuluki Gunco Arab atau pemimpin Arab.

Muhammad J. Wartabone mendapatkan banyak wasiat dari al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi. Salah satu wasiat beliau adalah pesan agar mempopulerkan shalawat kepada Nabi saw. di tengah umat Islam. Wasiat itulah yang menjadi alasan Muhammad J. Wartabone secara rutin, dua tahun sekali, menyelenggarakan Pesta Shalawat Akbar di berbagai daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan kata lain, bacaan shalawat yang termaktub untuk dibaca oleh masyarakat di dalam buku ini memiliki sanad yang bersumber dari al-Habib Muhammad bin ‘Abdul Qadir al-Habsyi berdasarkan petunjuk gurunya, al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad bin Abdurrahman As-Saggaf.

Al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad bin Abdurrahman As-Saggaf (Lahir di Seiyun, Hadhramawt, Yaman, pada 1911 dan wafat pada 2010)

Masih ketika nyantri di Pesantren Daruttauhid di Kota Malang, pada 1995, Muhammad J. Wartabone diutus oleh al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Akan tetapi, setelah tiga hari berada di Jakarta, hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa Muhammad J. Wartabone tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke Negeri Piramida tersebut. Kondisi kulit Muhammad J. Wartabone dianggap rentan bagi iklim cuaca di Mesir.

Kegagalan melanjutkan pendidikan agama di Mesir tidak menyurutkan niat Muhammad J. Wartabone. Pada tahun 1997, ia kembali mencoba untuk melanjutkan studinya ke Timur Tengah. Kali ini tujuannya adalah Madinah, tepatnya di Ribath al-Jufri. Akan tetapi, serupa dengan rencana sebelumnya, Muhammad J. Wartabone kembali belum diizinkan untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah. Krisis ekonomi menjadi kendala yang menyebabkannya gagal meneruskan cita-citanya. Setelah mendapatkan kepastian, Muhammad J. Wartabone kembali ke Pesantren Daruttauhid di Kota Malang. Oleh al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun, Muhammad J. Wartabone disarankan untuk meminta petunjuk kepada Allah swt. melalui salat istikharah.

Pada malam keempat dari rangkaian ritual salat istikharah itu, Muhammad J. Wartabone mendapatkan isyarat melalui mimpi. Di dalam mimpi tersebut, ia melihat dua cahaya turun dari langit dan ditangkap oleh ayahnya, Jarudin bin Lamacca Wartabone. Kedua cahaya itu kemudian diserahkan kepada Muhammad J. Wartabone. Seketika, cahaya tersebut berubah menjadi mustika delima.

Sebagai santri, Muhammad J. Wartabone menyadari bahwa tafsir atau penjelasan dari suatu mimpi sebaiknya diserahkan kepada pribadi yang ‘alim. Oleh sebab itu, keesokan harinya, ia segera menghadap gurunya, al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun, dan menceritakan mimpinya di atas agar diberikan penjelasan dan petunjuk. Al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun menjelaskan bahwa mimpi tersebut merupakan tanda bagi Muhammad J. Wartabone agar kembali dan mengabdikan dirinya di tanah kelahirannya, Provinsi Sulawesi Tengah.

“Kau pulang saja ke negerimu. Tanya ayahmu, dia lahir di mana. Maka rezekimu di tanah kelahiran ayahmu,” terang Al-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad ‘Abdun. Atas petunjuk dari gurunya inilah, pada tahun 1998, Muhammad J. Wartabone memutuskan untuk kembali ke Kota Palu dan merintis karirnya dari tanah kelahiran ayahnya di Petobo.

Ilmu pengetahuan agama dan pengalaman selama di Jawa tentu memberikan bekas yang tidak dapat dihapus dari memori dan jiwa Muhammad J. Wartabone. Selain aspek akidah dan syariat yang berfungsi sebagai benteng yang melindungi manusia dari perilaku yang menyimpang, salah satu yang penting dan tidak dapat dilupakannya adalah nilai etika dan spiritual yang terkandung di dalam prinsip- prinsip ajaran tasawuf. Kebeningan diri serta kebersihan hati merupakan beberapa di antaranya.

Pengalaman dalam mengaplikasikan ajaran serta nilai-nilai religius membuat Muhammad J. Wartabone percaya bahwa siapapun yeng memiliki bekal pengetahuan agama, menjalankan ajaran serta berpegang pada nilai-nilainya, tidak akan kesulitan untuk mendapatkan simpati dan kebaikan dari sesama manusia, karena Allah swt. ikut berperan dalam menggerakkan hati manusia agar berlaku baik kepada hambanya tersebut. Mereka yang setia pada ajaran Allah swt. juga tidak akan merasakan kesulitan dalam menjalani segala bentuk aktifitas kehidupan, seberat apapun cobaan yang sedang ia hadapi.(adv)

Silakan komentar Anda Disini….