PALU, Kabar Selebes – Mimpi Pemerintah Indonesia untuk mengelola sumber daya alam dari kandungan bumi hingga menjadi produk akhir, atau yang dikenal sebagai hilirisasi, mulai menjadi kenyataan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Di kawasan industri raksasa milik PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), konsep hilirisasi tersebut tampak nyata.
Dalam kawasan industri PT IMIP, terdapat 54 perusahaan yang terlibat dalam pengelolaan nikel. Material mentah berupa bijih, yang berasal dari perusahaan tambang di seluruh Indonesia, diolah di sini menjadi beragam unsur logam dan mineral.
Hasil dari ekstraksi bijih nikel ini kemudian diolah menjadi 25 komoditi yang berbeda, antara lain Nickel Pig Iron (NPI), Carbon Steel, Stainless Steel Slab, Steel HRC, MHP, Stainless HAPL, Electrolytic Aluminium, Stainless Steel CRC, Graphite, Lithium Hydroxide, Meyyalurgical Coke, Electrolytic Nickel, Coal Tar, Ferrochrome, Crude Benzene, Electrolytic Manganese, Ammonium Sulafte, Battery Recycling, Ferrosilicon, Lithium Carbonate, dan Sulfuric Acid.
Produk-produk ini, baik berupa baja maupun non-baja, diekspor ke luar negeri, termasuk ke China dan Eropa. Baja hasil olahan dari IMIP menjadi bahan baku utama untuk pesawat, kereta api, mobil, serta furniture.
“Rata-rata cold roll coil ini diekspor ke luar negeri termasuk china dan eropa. Produk dari IMIP inilah yang menjadi bahan baku pesawat, kereta api, mobil dan furniture,” kata Direktur Operasional PT IMIP, Irsan Widjaja, Jumat (8/3/2024) saat menerima sejumlah pemimpin redaksi media Sulawesi Tengah di Wisma IMIP.
Sementara itu, produk non-baja seperti grafit, hidroksida lithium, kok metalurgi, nikel elektrolitik, tar batubara, ferrokrom, benzene mentah, mangan elektrolitik, amonium sulfat, dan asam sulfat juga diproduksi di IMIP.
Saat ini, dua pabrik di IMIP telah beroperasi untuk menghasilkan bahan non-baja, yaitu PT Huayue Nickel Cobalt dan PT QMB New Energy Materia.
Kedua pabrik tersebut memproduksi katoda untuk baterai mobil listrik, dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 70.000 ton nikel kobalt (Ni-Co) per tahun dan 50.000 ton nikel sulfida dan nikel kobalt (Ni-Co) per tahun.
Tahun 2024 ini, IMIP berencana untuk membangun sebuah pabrik baterai di Morowali, Sulawesi Tengah, sebagai langkah nyata dalam mewujudkan hilirisasi nikel.
“Tahun 2024 ini melalui investor dari China akan dibangun pabrik baterai di IMIP. Insya Allah akan beroperasi tahun 2025,” kata Kepala Divisi Media Relations PT IMIP, Dedy Kurniawan, dalam mendampingi sejumlah media di lokasi IMIP.
Dengan demikian, hilirisasi nikel di PT IMIP bukan hanya menjadi harapan, tetapi juga menjadi kenyataan yang menggembirakan bagi Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan.(abd)