PALU, Kabar Selebes – Seorang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata kota Palu mengaku membeli peralatan secara mandiri untuk mendapat pelayanan Hemodialisa atau cuci darah. Kejadian ini menjadi sorotan sebab segala fasilitas pengobatan itu harusnya telah disediakan oleh pihak rumah sakit.
Pasien yang enggan disebutkan namanya itu bahkan mengaku pelayanan Hemodialisa sempat tertunda karena rumah sakit tak menyediakan peralatan.
Pihak keluarga yang dihubungi mengungkapkan membeli alat merupakan opsi karena kekosongan alat untuk pengobatan cuci darah. Biaya yang dikeluarkan nantinya akan diganti oleh pihak rumah sakit.
“Jadi mending kita beli sendiri, kan yang penting rumah sakit tetap layani dengan barang kita, kan begitu barang datang pun dikembalikan juga barang kita, jadi bukan disuruh beli tapi inisiatif kita saja,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (24/02/2021).
Pihak keluarga mengaku ketika itu bersama sejumlah pasien lainnya membeli alat Hemodialisa dari toko online dengan mahar Rp 260 ribu. Alat yang dibeli kemudian diterima oleh pihak rumah sakit sampai akhirnya bisa melakukan pengobatan.
“Tapi sudah dikembalikan semua, barang dari rumah sakit datang dipulangkan semua masing-masing pasien sudah punya cadangan semua,” katanya.
Menurut Staff Ombudsman perwakilan Sulawesi Tengah, Depny Situmorang, keterlambatan pelayanan yang dilakukan RSUD Undata sebab adanya utang piutang antara pihak Rumah Sakit dengan penyedia alat pengobatan kesehatan.
“Mereka masih memiliki hutang menunggak kepada penyedia alat kesehatannya itu. Jadi bukan masalah yang lain, Undata sendiri masalah dana kali ya,” ujarnya.
Depny pun mengungkapkan hasil tindak lanjut yang dilakukan Ombudsman memang benar pihak RSUD Undata mengaku memiliki tunggakan terhadap suplayer alat-alat kesehatan tersebut.
Dijelaskan saat berkomunikasi terkait hal itu bersama BPJS, penyelenggara program sosial itu menegaskan telah menanggung seluruh biaya pasien untuk melakukan pengadaan alat kesehatan secara mandiri.
Sehingga menurut dia, seharusnya tidak ada lagi permasalahan seperti itu terlebih BPJS menegaskan tidak memiliki hutang kepada pihak RSUD Undata.
“Jadi untuk pasien yang cuci darah itu dibebankan jarum suntiknya, selangnya, dialisernya, dengan alasan mereka masih memiliki hutang menunggak kepada penyedia alat kesehatannya itu,” katanya.
Sementara, Pelaksana harian (PLH) direktur RSUD Undata, dr.Amsyar dikonfirmasi terpisah menegaskan kejadian tersebut hanya akibat adanya keterlambatan pengiriman alat pengobatan dari suplayer.
Amsyar juga membantah dugaan adanya faktor lain yang membuat pelayanan rumah sakit terlambat. Peralatan untuk pengobatan hemodialisa kosong 1-2 hari sehingga alat yang digunakan sementara berasal dari inisiatif pasien yang ingin berobat. “Setelah Set datang, digantikan kembali,” katanya.
Diketahui saat ini pihak RSUD Undata telah kembali melakukan pelayanan secara normal terhadap pasien. Biaya dari sejumlah pasien yang sudah terlanjur membeli alat kesehatan tersebut telah dikembalikan pihak RSUD. (ap/fma)
Laporan: Adi Pranata