PALU, Kabar Selebes – Pemerintah Kota Palu melalui Walikota Drs. Hidayat M.Si menyatakan beberapa ruang publik di Kota Palu akan diwarnai oleh ornamen-ornamen lokal.
“Yang pertama dan utama bahwa kita ingin ruang publik itu harus ada ornamen-ornamen lokal,” Kata Hidayat disela seremonial peletakan batu pertama pembangunan Patung Songgolangi di Bundaran Palupi, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sabtu (15/8/2020).
Tugu Songgolangi merupakan salah satu ornamen yang sedang dibangun pemerintah Kota Palu untuk menghiasi wajah kearifan lokal di ruang publik.
Hidayat menyatakan, tokoh Songgolangi sendiri menurut cerita masyarakat, ialah sosok Tadulako (panglima perang) dari kerajaan Tatanga, yang tidak pernah kompromi terhadap penjajahan negeri Belanda.
“Maka kita bangun perisai kaliyagu ini, dan tombak ini, ini kan alat perang dari Tadulako” ujarnya.
Inisiasi pembangunan ornamen kearifan lokal lanjut Hidayat, berawal dari Forum Komunikasi Pemuda Kaili atau Siga Merah (Siga lei) yang berdiri pada tahun 2013.
Ia menyatakan kurangnya ornamen kearifan lokal di Kota menjadi salah satu alasan, beberapa ornamen tokoh pendahulu masyarakat Kaili harus ada di ruang publik.
Adapun tokoh tersebut kata dia antara lain Rajalangi di bagian utara kota Palu, bagian barat terdapat Pue Njidi, bagian timur bernama Mantikulore, di wilayah tengah Puenggari, serta di wilayah selatan yaitu Songgolangi.
Selain ornamen, karakter ini kata dia dijadikan nama barisan pemuda (Siga Lei), sebagai wujud menjaga kedamaian di wilayah kota Palu.
Terlebih menurutnya, ke 5 tokoh tersebut secara tidak langsung mewakili karakter masyarakat dari masing-masing wilayah di tanah kaili .
Sementara untuk pembangunan tugu Songgolangi, pihaknya menyatakan sebelum menggelar peletakan batu pertama telah mengadakan tahlilan sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh pendahulu masyarakat kaili.
Tokoh yang ditahlilkan kata dia adalah ada kelima tokoh diatas, termasuk juga Sis Al-Djufrie (Guru Tua) dan Dato Karama.
“Alhamdulillah makam Puenjidi sudah kita perbaiki, demikian pula makamnya Mantikulore juga sudah kita perbaiki akses jalannya. Bahkan makam Puenggari sudah kita bebaskan lahannya. InsyaAllah kedepan kita akan perbaiki kuburnya dan menjadi objek wisata,” katanya.
Terlepas dari makna dan filosofi ornamen, Hidayat menyatakan kunci utama dari pembangunan infrastruktur adalah 5 faktor pendukung yaitu Kebersihan, keindahan, ketertiban, kemanan, dan kenyamanan.
Ia mengajak masyarakat khususnya di wilayah kota Palu, untuk bersama-sama membangun wilayah Kota agar kiranya menarik minat pelanggan sebagai salah satu kota Jasa di Sulawesi Tengah
“Pemerintah tidak bergerak sendiri, perlu partisipasi dari masyarakat” tandas Hidayat. (*/ap)
Laporan : Adi Pranata.