TAK ada kata menyerah dan tidak takut gagal Itulah kiat yang selama ini dipegang dan dijalankannya dalam mengembangkan “gurita” bisnisnya. Kini Slamet Riyanto sudah memiliki 126 cabang usaha berlabel, Soto Ayam Semarang di seluruh Indonesia. Dan, mulai hari Jumat, 6 Maret 2020, Slamet membuka cabang ke-126 tersebut di Kota Palu.
“Sebetulnya, Slamet Riyanto sudah lama ingin membuka cabang. Sebelum bencana 2018 lalu, saya sudah siap membuka cabang di sini. Namun belum sempat terwujud, bencana dahsyat melanda kota Palu sehingga diurungkan sementara waktu,” kata Slamet Riyanto mengawali perbincangannya, Kamis petang, 5 Maret 2020 di Palu.
Slamet bermitra dengan pemilik Bakso Solo Ronny Hasan membuka usaha di Jalan Hasanuddin, Kota Palu. “Usaha yang dibuka bersama ini merupakan cabang ke-126 di seluruh Indonesia. Bahkan pekan depan dan seterusnya, antrean permintaan untuk bermitra membuka usaha kuliner yang berbasis di Semarang itu. Kini, omset perhari bisa menembus Rp200 juta di seluruh cabang dengan hampir 300-an orang karyawan,” katanya.
Menurut Slamet yang akrab disapa Slamet Ragil itu, bisnis kuliner di Kota Palu itu sangat menjanjikan. “Yang penting kita mau bekerja dan berusaha. Saya sudah menjajaki usaha-usaha yang menarik di sini, dan kuliner salah satunya yang menarik,” kata Slamet.
Dalam menjalankan ‘gurita’ bisnisnya, Slamet mengandalkan model kemitraan tanpa royalti atau fee selama kerjasama. “Yang penting selama masih buka, silakan menggunakan merek saya dan tidak perlu ada royalti. Cukup dengan tetap menggunakan bahan dan rempah-rempah produk saya. Kalau usaha sudah jalan, saya hanya minta agar tidak lupa menyumbang atau membantu anak yatim karena saya tidak mengutamakan profit,” kata Slamet.
Ada tiga menu khas yang akan disajikan yaitu Soto Semarang, Kupat Tahu Magelang dan Tahu Gimbal Semarang. Dia juga menyebutkan, Soto Semarang racikannya mengandung 13 rempah yang bisa menangkal dan mencegah virus corona seperti jahe dll. Untuk prosi mangkok kecil dihargai Rp12 ribu dan Rp15 ribu untuk mangkok besar.
“Harga itu cukup terjangkau untuk masyarakat Kota Palu dan sekitarnya,” katanya.
Pengalaman mengelola bisnis kulinernya berawal ketika Slamet memutuskan untuk berhenti sebagai tenaga penjual produk anti nyamuk di Semarang, 2007 silam. Di usianya yang menginjak 46 tahun kala itu, Slamet banting stir dan memulai usaha mandirinya berbekal sedikit modal yang dikumpulnya.
“Sampai sekarang sudah ada cabang sampai ke Sorong. Bahkan bulan depan juga akan buka cabang lagi Kalimantan,” kata Slamet.
Membesarkan bisnisnya tentunya tak lepas dari dukungan berbagai pihak termasuk lembaga pembiayaan dan pemerintah. Beragam penghargaan sudah diraihnya atas keuletan dan mengembangkan bisnis itu. (patar)