Sampai hari ini tanggal 25 Februari 2020 jumlah masyarakat Indonesia di Harbin ada 18 orang pelajar Indonesia yang tersebar di beberapa kampus di kota Harbin dan 1 WNI.
South China Morning Post menulis bahwa pemerintah setempat telah melakukan lockdown di 4 distrik di kota Harbin. yaitu Daoli, Daowai, Nangang and Xiangfang, Harbin menjadi kota ekonomi terbesar kedua di bagian utara China, dengan total populasi sebanyak ±10 juta jiwa.
Saya sendiri tinggal di hotel dari akomodasi yang diberikan kampus yang terletak di distrik daoli (道里区) bersama sekitar 20 mahasiswa Internasional lainya, dimana distrik kami adalah distrik yang di lockdown, sehingga untuk beberapa aktifitas keluar masuk distrik ini sangat dibatasi oleh pemerintah.
Harbin sendiri berjuang untuk tetap memenuhi kebutuhan masyaraktnya terutama dibagian pangan yang sangat urgen, bagaimana toko-toko berusaha untuk tetap “beroperasi” ditengah wabah virus.
Salah satu cara yang kami lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami adalah dengan melakukan pemesanan melalui aplikasi belanja daring yang karena endemik virus mengalami masalah keterlambatan dalam proses pengiriman.
Memang sejak awal saya dan beberapa mahasiswa lain tidak berencana untuk pulang ke Indonesia tahun ini, tapi semenjak virus ini menyebar beberapa teman saya akhirnya terpaksa harus pulang dengan ijin dari koordinator dan professor mereka. Saya adalah satu dari sekian mahasiswa yang memilih untuk tetap tinggal di Harbin dengan mempertimbangkan beberapa alasan mengapa masih bertahan dalam kondisi seperti ini.
Pertama, kepercayaan kami terhadap pemerintah Indonesia dan pemerintah China dalam menangani virus dan situasi darurat seperti ini sangat kami apresiasi, koordinasi antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China sangat baik, terlebih lagi saat kota Wuhan di lockdown oleh pemerintah China teman–teman kami yang berada di kota Wuhan diijinkan untuk kembali ketanah air dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh WHO. Ini bukan pertama kali bagi pemerintah China bertempur dengan virus mematikan, sehingga kami percaya ada aturan baku dan prosedur yang telah mereka rancang untuk menangani endemik ini, terlebih lagi endemik ini sudah menjadi perhatiaan Dunia. dari ±77 ribu lebih kasus ±27 lebih dinyatakan sehat, walauapun masih tetap harus melakukan check-up jika diperluan. Sampai hari ini pengembangan vaksin COVID-19 terus dilakukan untuk menangani virus ini.
Kedua, PPIT harbin menjadi jembatan kami untuk berkomunikasi dengan KBRI Beijing yang megurusi WNI yang tinggal dibagian utara China memantau kami dengan baik, mengirimkan beberapa bantuan berupa masker dan vitamin.
Ketiga, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) juga memantau kami dengan baik kesehatan dan proses belajar kami , dan mengirim bantuan khususnya ke kota wuhan dengan tajuk program INTI peduli Wuhan tepatnya 19 februari 2020.
Keempat, kampus sangat membantu sekali, mengingat kasus endemik virus bukan menjadi hal baru bagi China, HIT sangat memperhatikan mahasiswanya, dengan aturan keamanan yang ketat, pengurus mahasiswa Internasional akan menghubungi kami setiap hari dan menanyakan kabar jika ada keluhan, mereka juga menyediakan makanan 3 kali sehari bahkan membantu kami membeli perlengkapan yang kami perlukan tiap minggunya.
Kelima, ada beberapa pelajaran yang harus kami lakukan secara online, dan aksesnya akan mudah jika dilakukan Di China.
Keenam,.saya pribadi merasa Lebih konsentrasi dan memiliki Waktu luang yang banyak untuk belajar disini.
Yang sekarang bisa kami lakukan hanyalah mengikuti semua arahan dari pemerintah setempat dan pemerintah Indonesia. Karena wabah ini adalah musuh bersama seluruh Dunia. Di situasi seperti ini kejenuhan adalah musuh utama, dengan dibatasinya aktifitas diluar, dan pelarangan berkumpul dikeramaian. Salah satu pelajaran yang saya bisa sambil dari endemik virus ini adalah Pengetahuan terhadap pencegahan Virus ini sangat penting sekali, karena jika kita menjaga diri kita sebaik mungkin dengan sangat masuk akal kita bisa menjadi kesehatan orang lain. Terkadang kita melakukan tindakan yang berlebihan tetapi tindakan ini diperlukan untuk kesehatan kita dan orang lain.
Kami juga meminta doa dari rekan-rekan semua bahwa virus ini adalah masalah kemanusian dan musuh kita bersama, bukan masalah yang dibawa menjadi masalah rasial atau untuk kepentingan tertentu. 中国加油印尼加油.
Penulis : Randy Thamrin/ Pelajar asal Sulteng di Harbin, China)