PALU, Kabar Selebes – Sejak dimulainya upaya penyelamatan buaya muara Palu yang terlilit ban bekas motor matic, kerumunan massa terpantau selalu memadati lokasi penyelaman, baik di muara teluk Palu, hingga sepanjang bantaran sungai yang menjadi area operasi penyelamatan.
Dari anak-anak hingga orang tua selalu tampak. Bahkan jumlah massa kian bertambah, saat Matthew Wright and Chris Wilson ahli penyelamatan satwa liar asal Australia bergabung bersama Tim BKSDA Sulteng.
Dari pantauan Kabarselebes.id, massa yang memadati lokasi tidak hanya sekedar menyaksikan upaya penyelaman tapi juga untuk kepentingan swafoto hingga live Facebook, menimbulkan keriuhan hingga menyoraki tim yang sedang bertugas, menjadi aktivis warga di lokasi penyelaman.
“We itu dia e (buaya,red). Huuuu lambat,” sorak warga yang menyaksikan upaya penyelamatan.
Tingginya animo masyarakat, menjadi deretan baru kendala upaya penyelamatan, hingga menyebabkan perubahan perilaku terhadap reptil itu.
“Sejak dimulainya operasi ini, bisa diliat sendiri bagaimana banyaknya manusia yang menonton. Dan dari hasil pengamatan kami, Terjadi perubahan perilaku dengan buaya berkalung ban itu,” kata Hanura, Ketua Satgas Penanganan Satwa BKSDA Sulteng, Jumat, (14/2/2020).
Perubahan perilaku yang terjadi pada buaya sendirian adalah tidak menentunya lokasi. Bahkan diakuinya, pergerakan reptil itu semakin cepat dari biasanya.
“Buaya ini sekarang mobilisasinya tinggi. Kalau biasanya dia (buaya,red) menetap sampai dua hari disatu lokasi, sekarang bisa berpindah-pindah,” imbuh Haruna.
Meski memiliki banyak kendala, namu ia tetap optimis dapat melepaskan ban yang melilit leher buaya itu.
“Saya tetap optimis, tim kami bisa melepaskan ban di leher buaya itu,” tegasnya.(Sobirin)