POSO, Kabar Selebes- Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Poso, Sulteng bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Jakarta menggelar forum diskusi publik Kamis 25 Juli 2019.
Diskusi publik menghadirkan 150 orang peserta dari tokoh agama, tokoh pemuda, pelajar, TNI/Polri, pihak Pemda Poso dan warga Poso.
Diskusi mengambil tema “Rajut Toleransi, Perkuat NKRI” digelar di gedung Diklat BKPSDM, Kelurahan Maliwuko, Kecamatan Lage.
Wakil Bupati Poso, Samsuri saat membuka diskusi publik mengatakan, jika daerah Poso dahulu pernah mengalami konflik, akan tetapi sekarang ini kita sudah bersyukur bahwa Poso sudah kondusif, sehingga perlu melaksanakan berbagai macam kegiatan positif seperti diskusi publik sehingga Poso menjadi lebih baik.
“Untuk mengembalikan Poso aman dan damai, mari kita bersinergi membangun dan mengembalikan kepercayaan masyarakat dalam Poso sendiri maupun dari luar Poso bahwa Poso sudah aman dan tidak ada konflik,” ucap Samsuri.
Kepala Bagian Data BNPT Pusat Kolonel Marinir Agus Purwanto dalam materinya mengatakan, bahwa diskusi yang melibatkan antar lembaga serta masyarakat ini memiliki arti penting untuk menjaga kesatuan NKRI.
Menurutnya, dalam mengantisipasi segala kemungkinan akan terganggunya ketertiban serta keamanan, dimana setiap warga negara perlu memahami simbol-simbol kesatuan negara seperti bendera merah putih, pancasila dan lain-lain.
“Dalam kesempatan ini perlu saya tegaskan pentingnya para anak-anak untuk memahami bentuk-bentuk radikalisme agama, setiap orang tua harus ikut secara aktif untuk mengawasi aktifitas anak baik didalam rumah ataupun saat mereka beraktifitas diluar rumah,” kata Agus Purwanto .
Kata Agus Purwanto perlu adanya toleransi antar umat beragama menghindari konflik agama. Peningkatan kerja sama kelembagaan baik internal maupun eksternal disegala bidang sangat diperlukan.
“Masing-masing pemuka agama mampu menata pemikirannya untuk hidup penuh toleransi di masyarakat untuk menciptakan bangsa yang majemuk,” jelasnya.
Sementara materi lainya Kasubdit Informasi dan Komunikasi Pertahanan dan Keamanan, Dikdik Sadaka mengakui, bahwa sekarang ini muncul kekhawatiran dan sangat berbahaya dengan perkembangan dunia tekhnologi media sosial yang dapat mempengaruhi paham radikalisme dan terorisme.
Dikdik berharap kepada generasi muda untuk membatasi penggunaan media sosial, karena banyak kaum muda belajar radikalisme dari internet. (RYN.Gode)