PALU, Kabar Selebes – Pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) 28 September 2018 lalu tak lantas membuat perekonomian Sulawesi Tengah melemah.
Buktinya Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali melepas ekspor 151,2 ton olahan getah pinus berupa gum rosin senilai Rp. 2,7 miliar asal Sulawesi Tengah, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kota Palu, Sulawesi Tengah (28/4/2019).
Olahan getah pinus milik PT Hongtai Internasional akan di ekspor ke Negara Tiongkok dibawah pengawasan sertifikasi kesehatan oleh Balai Karantina Pertanian kelas II Palu.
“Sebagai komoditas wajib periksa karantina sesuai persyaratan mitra dagang, kami siap lakukan jaminan dan percepatan layanan,” kata Ali Jamil, Kepala Barantan kepada awak media usai melepas ekspor olahan pinus di Kawasan KEK Palu.
Getah pinus merupakan produk pertanian Sulawesi Tengah yang sudah di minati mancanegara selain produk pertanian unggulan ekspor lainnya seperti biji kakao, jagung, kayu eboni, kayu olahan, dan sarang burung walet. Getah pinus itu sendiri mempunyai nilai ekonomi yang sangat potensial.
“Pada umumnya getah pinus banyak di olah untuk keperluan produk kesehatan dan industri seperti bahan pembuatan cat, plastik dan lainnya. Barantan sebagai trade fasilitator akan terus lakukan penguatan sistem perkarantinaan dan harmonisasi protokol karantina untuk membuka akses pasar produk pertanian,” jelas Jamil.
Koordinasi dengan pemerintah daerah diseluruh lokasi Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian juga merupakan salah satu upaya guna menggali dan mendorong potensi ekspor di daerah.
“Banyak peluang emas produk pertanian yang harus di optimalkan dengan kolaborasi pusat dan daerah, jika tidak peluang ini akan diambil negara produsen lain,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Kepala Karantina Pertanian Palu, Ida Bagus Hary Soma Wijaya, memaparkan data otomasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerjanya yakni komoditas unggulan Sulteng yang diekspor ke berbagai mancanegara pada 2018 diantaranya adalah kayu ebony, getah pinus, jagung, kakao, kayu olahan, kelapa bulat dan sarang burung walet.
Sedangkan tujuan negara ekspor rata-rata ke Tiongkok, Jepang, Vietnam, Taiwan, Thailand, Pakistan, Malaysia, Filipina, Singapura Prancis dan Korea Selatan.
Soma juga menambahkan bahwa pada tahun 2018 ekspor getah pinus dilakukan sebanyak 62 kali, dengan total volume sebesar 23.476,31 ton. Sedangkan untuk biji kakao dilakukan sebanyak 3 kali, dengan total volume sebesar 4.705 ton yang setara dengan Rp.134 miliar
Ia juga mencatat pascabencana, gempa tsunami dan likuifaksi yang menimpa tiga daerah di Provinsi Sulawesi Tengah di bulan September 2018 lalu, kini kegiatan perekonomian mulai bergeliat kembali yang ditandai dengan peningkatan tren ekspor produk pertanian yang tercatat di Karantina Pertanian Palu.
“Peningkatan tren ekspor produk pertanian yang tercatat di Karantina Pertanian Palu adalah bukti perekonomian Pasigala sudah bangkit dan menggeliat,” jelas Soma.
Barantan juga telah menyiapkan program galakkan ekspor khususnya bagi para pemula. Program Ayo Galakkan Ekpor Produk Pertanian melalui Generasi Milenial Bangsa, Agro Gemilang. Bimbingan teknis Sanitary and Phytosanitary (SPS) disiapkan petugas karantina pertanian agar produk pertanian yang diekspor dapat memenuhi persyaratan negara mitra dagang.
Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, yang diwakili oleh Kasat Pol PP Provinsi Sulawesi Tengah, Nadir Lemba yang hadir dan melepas ekspor dalam sambutannya mengapresiasi dukungan terhadap akselerasi ekspor yang telah dilakukan jajaran Kementerian Pertanian melalui Barantan.
Menurutnya, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang potensial terhadap dampak perekonomian daerah, kita bersama wujudkan Palu Bangkit, Palu Kuat tambahnya.
Nadir Lemban juga berharap dengan dukungan pemerintah berupa penetapan Palu sebagai Kawasan Ekonomi Khusus serta fasilitasi berupa tempat pengeluaran internasional baik bandara maupun pelabuhan, maka para pelaku usaha dapat terus lakukan terobosan dan inovasi sehingga produk unggulan dapat memberi nilai tambah bagi pelaku khususnya para petani.
Pada kesempatan yang sama, Jamil juga mensosialissasikan aplikasi yang telah dibangun oleh Kementan melalui Barantan, I-MACE (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports).
Aplikasi ini diluncurkan oleh Menteri Pertanian diawal tahun 2019 dan terus disosialisasikan kepada pemimpin daerah diseluruh Indonesia. Tujuan aplikasi tersebut adalah memudahkan pemerintah daerah dalam memantau potensi pertanian yang ada di daerahnya agar dapat dikembangkan lebih baik.
“Aplikasi berisi data potensi pertanian, update secara real time termasuk keterangan asal daerah dan tujuan negara ekspornya,” terangnya.
Dalam waktu dekat, Jamil menginstruksikan jajarannya di Palu untuk selenggarakan audiensi kepada para pihak, termasuk gubernur untuk menyerahkan aplikasi IMACE agar dapat digunakan sebagai landasan kebijakan pembangunan pertanian di Provinsi Sulawesi Tengah.
“Ini langkah konkrit untuk wujudkan cita-cita kita bersama, Indonesia lumbung pangan dunia di tahun 2045.” pungkas Jamil. (Sarifah Latowa)