JAKARTA, Kabar Selebes – Bencana Gempa Palu yang menelan ribuan jiwa dan puluhan ribu lainnya mengungsi, ternyata menarik perhatian para ilmuwan NASA . Badan atariksa Amerika Serikat ini pun melakukan penelitian pada Gempa Palu.
Para Ilmuwan NASA ini melakukan penelitian kembali mengapa gempa ini memiliki efek yang dahsyat sehingga menimbulkan banyak korban.
Ternyata, para ilmuwan NASA memasukkan Gempa Palu kalam kategori kejadian langka yang tidak seperti gempa pada umumnya.
Bahkan para ilmuwan NASA mengategorikan gempa ini sebagai Supershear Earthquake atau Gempa Supershear dengan pergerakan sangat cepat dan langka.
Kurang dari 15 gempa Bumi yang bergerak sangat cepat dan kuat selama sejarah penelitian ilmuwan.
Penelitian mengenai Gempa Palu ini berjudul “Early and Persistent Supershear Rupture of the 2018 Magnitude 7.5 Palu Earthquake” dan telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience.
Gempa supershear adalah gempa bumi di mana penyebaran gelombang pecah di sepanjang permukaan patahan.
Itu terjadi pada kecepatan yang melebih kecepatan gelombang geser seismik (gelombang-S). Gempa supershear ini menyebabkan efek analog dengan ledakan sonik.
Peneliti yang tergabung di UCLA tepatnya pada Laboratorium Jet Propulsion NASA di Pasadena, California dan lembaga-lembaga lain menganalisis gempa Palu melalui satelit.
Dimuat dalam situs resmi NASA, para peneliti menghitung bahwa gempa itu pecah dengan kecepatan stabil 14.750 kilometer per jam (kpj).
Guncangan primer tersebut berlanjut selama hampir satu menit. Gempa bumi biasanya terjadi sekitar 9.000 hingga 10.800 kpj, sehingga gempa Palu terhitung sangat cepat.
Saat memproses gambar satelit, para peneliti ini menemukan bahwa kedua sisi sesar sepanjang 150 kilometer tergelincir sekitar 5 meter. Pergeseran sepanjang 5 meter merupakan angka yang sangat besar.
”Guncangan hebat yang dihasilkan mirip dengan ledakan sonik, ledakan yang biasanya terkait dengan jet supersonik,” kata Lingsen Meng, seorang profesor di UCLA dan rekan penulis penelitian.
Dalam gempa supershear, pecahan yang bergerak cepat menyalip gelombang geser yang lebih lambat yang merambat di depannya.
Proses tersebut dapat mendorong keduanya secara bersamaan menjadi gelombang yang lebih besar dan lebih kuat.
Gempa supershear sebelumnya yang dipelajari para ilmuwan ini terjadi pada sesar yang sangat lurus. Namun citra satelit menunjukkan bahwa sesar Palu memiliki setidaknya dua lengkungan besar.
Retakan pada Gempa Palu yang terjadi mempertahankan kecepatan stabil di sekitar lengkungan tersebut.
Penelitian ini juga bertujuan untuk membantu para insinyur gempa merancang bangunan dan infrastruktur lainnya sehingga lebih tahan gempa di masa depan.
Gempa Palu yang memiliki gerakan super cepat dan langka ini ternyata memiliki karakter yang tidak pernah diduga oleh peneliti sebelumnya. Termasuk ilmuwan NASA tertarik untuk mempelajarinya.(Suara.com)